Kericuhan yang dilakukan Rosè sontak mengundang perhatian Gongyo dan Jisoo. Mereka berdua langsung berhambur ke sumber suara setelah mendengar suara bising yang tidak biasa.
"Ada apa ini?" tanya Gongyo yang berusaha mengendalikan ekspresi terkejutnya tatkala mendapati keadaan putri-putrinya yang sangat berantakan.
Tak selang lama dari pertanyaan Gongyo, sehamburan kertas-kertas kini sudah berterbangan begitu saja. Semua anggota keluarga Kim hanya bisa menganga melihat Rosè yang tiba-tiba melemparkan kertas-kertas itu keudara.
Jisoo adalah orang pertama yang berinisiatif untuk mengambil salah satu kertas itu dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Kini tubuh gadis itu melemas begitu saja setelah membaca kata demi kata yang ada pada kertas ditangannya. Kertas yang berisi laporan bukti dan tuntutan pengadilan bahwa Lisa merupakan seorang pengusaha kotor yang sudah merenggut nyawa banyak orang. Melihat ekspresi terkejut Jisoo membuat Jennie dan Gongyo sontak ikut mengambil kertas-kertas itu.
"Jika tahu begini, aku tidak akan memintamu kembali," ucap Rosè sembari menatap adiknya dengan tatapan penuh kekecewaan.
"Ini tidak benar kan, Lisa-ya..?" timpal Jennie yang masih tidak percaya dengan lembaran-lembaran kertas ditangannya.
Lisa hanya bisa menundukkan kepalanya. Namun bagaimanapun ia harus menghadapinya. Ini merupakan risiko yang sedari dulu sudah ia pertimbangkan. Hanya saja ia tak menyangka momen ini akan datang saat dirinya sudah berusaha mencoba membuka diri pada keluarganya.
"Itu semua benar," seluruh anggota Kim sontak melemas mendengar penuturan Lisa. Apa yang keluar dari mulut Lisa tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
Brukk
"KENAPA KAU MELAKUKAN INI?" teriak Rosè yang berhasil melayangkan tinju tepat pada pipi adiknya hingga Lisa tersungkur dilantai.
Kini Lisa mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya dan menatap satu persatu keluarganya. Dengan sisa tenaganya ia tersenyum. Senyum yang menggambarkan seribu rasa sakit bagi siapapun yang melihatnya.
"Aku tahu memiliki hubungan darah dengan seorang pembunuh adalah mimpi terburuk. Aku berjanji akan pergi dan tidak akan mengganggu hidup kalian lagi," setelah menyelesaikan kalimatnya, Lisa langsung melangkahkan kakinya meninggalkan mansion. Tak ada kalimat cegahan seperti yang biasa mereka lakukan. Menandakan bahwa mereka sudah benar-benar ikhlas dengan keputusan Lisa.
■
"Kau ingin kemana?" tanya Jisoo sembari mencekal lengan Jennie yang terlihat hendak mengejar Lisa. Hanya berselang 5 menit dari kepergian Lisa, Jennie baru disadarkan dengan situasi yang ada.
"Beri dia waktu untuk merenungi kesalahannya," ucap Jisoo berusaha memberi pengertian pada adiknya. Jennie menatap Jisoo gusar.
"Dia tidak baik-baik saja, unnie. Apa unnie tidak melihatnya? Wajahnya terlihat sangat pucat," mendengar kalimat Jennie, Rosè kini beralih menatap kakaknya tajam.
"Perbuatannya kali ini benar-benar tidak bisa dimaafkan, unnie," saut Rosè berapi-api. Kini Jennie menghampiri Rosè dan menggenggam tangan gadis itu.
"Chaeyoung-ah.. Aku tahu perbuatannya sudah diluar batas. Tapi tidak bisakah kau menyelidikinya lebih lanjut?" tanya Jennie dengan suara serak menahan tangis. Rosè hanya menatap Jennie dengan tatapan yang tak bisa diartikan dan memutuskan untuk pergi meninggalkan keluarganya yang masih tidak percaya dengan hal yang menimpa mereka.
Jisoo beralih menepuk pundak Jennie hangat, "Kali ini aku setuju dengan Chaeyoung."
■
KAMU SEDANG MEMBACA
Home?
FanfictionKim Lisa, perempuan berdarah bangsawan yang terpaksa kehilangan segalanya karena bakat yang ia miliki. Demi melindungi keluarganya, Lisa tumbuh menjadi manusia berhati dingin. Lisa rela melakukan apapun untuk mencapai tujuannya, bahkan dengan tumpah...