Setelah selesai dengan sarapannya, Lisa kini termenung diatas ranjang. Fikirannya melayang pada sesuatu diseberang sana.
"LISA-YA, KAU SUDAH BANGUN???" teriak Rosè setelah membuka pintu kamar adik bungsunya. Lisa hanya bisa menghembuskan nafasnya berat. Di pagi hari seperti ini dirinya sudah disambut oleh teriakan Rosè.
"Jangan berteriak, ini masih pagi," omel Jisoo sembari menatap adiknya heran.
"Unnie, kenapa kau tidak memberitahuku jika dia sudah bangun?" tanya Rosè mengabaikan ujaran protes dari kakaknya.
"Karena aku tahu kau akan berteriak seperti ini," saut Jisoo sembari melipat kedua tangannya. Rosè hanya memutar bola matanya malas menanggapi kalimat kakaknya.
"Lisa-ya, apa kau masih mengenaliku? Kepalamu tidak terbentur kan?" Lisa memilih diam dan tak menanggapi pertanyaan konyol dari kakaknya.
"Wah, sikapmu itu dingin sekali," ujar Rosè sembari menggelengkan kepalanya. Gadis itu sudah tidak peduli dengan perubahan sikap adiknya. Yang terpenting saat ini adalah adiknya sudah kembali.
Tak berselang lama sejak kedatangan Rosè, tiba-tiba Jennie masuk dengan membawa stetoskop dan beberapa obat diatas nampan.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Jennie sembari mengenakan stetoskopnya untuk memeriksa tubuh Lisa. Belum sempat Jennie menempelkan stetoskopnya pada tubuh Lisa, tiba-tiba Lisa mencekal tangannya.
"Tidak perlu," saut Lisa dengan nada datar khasnya.
"Ini hanya pengecekan biasa," ujar Jennie berusaha memberi pengertian. Jennie hanya ingin merawat adiknya dengan baik.
"Aku butuh waktu sendiri," ucap Lisa sembari menatap satu-persatu kakaknya.
"Ani, kau tidak boleh sendiri. Kami tidak akan membiarkanmu terbiasa dengan kesendirian itu," kalimat Rosè sontak menohok hati Lisa.
"Bagaimana jika kita pergi ke taman favoritmu?" tanya Rosè yang mampu membuat Lisa gusar. Dengan mantap gadis itu menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada penolakan," saut Jennie yang mampu membuat Lisa membulatkan matanya sempurna. Namun Jennie merasa janggal tatkala secara tidak sengaja dirinya menangkap sikap gelisah dari adik bungsunya. Bahkan tangan Lisa bergetar saat ini. Dengan lembut Jennie memegang tangan adiknya.
"Semua akan baik-baik saja."
■
Setelah sampai di taman, kini Rosè menuntun Lisa untuk duduk disalah satu bangku favorit mereka. Sedangkan Jennie dan Jisoo memutuskan untuk membeli minuman.
"Unnie tidak pernah mengunjungi taman ini setelah kau pergi. Syukurnya tidak banyak yang berubah dari tempat ini," Lisa memilih diam tak menanggapi kalimat kakaknya. Lebih tepatnya bingung harus memberikan respon bagaimana.
"Aku masih menyimpan kalung itu, jangan khawatir," sontak Lisa mengalihkan perhatiannya pada Rosè. Setelah pertengkaran itu, Lisa kira Rosè sudah membuangnya. Pernyataan Rosè cukup membuat hati Lisa menghangat.
Tak lama setelah itu Jennie dan Jisoo datang dengan membawa 4 kaleng soda, "Kalian sepertinya sudah membicarakan banyak hal."
Rosè menggeleng, "Lebih tepatnya aku sudah berbicara banyak hal."
Lisa kini memutar bola matanya malas menanggapi sindiran kakaknya. Jennie dan Jisoo hanya terkekeh melihat tingkah adik-adiknya. Rupanya waktu tak mampu menghentikan kebiasaan Lisa dan Rosè untuk bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home?
FanfictionKim Lisa, perempuan berdarah bangsawan yang terpaksa kehilangan segalanya karena bakat yang ia miliki. Demi melindungi keluarganya, Lisa tumbuh menjadi manusia berhati dingin. Lisa rela melakukan apapun untuk mencapai tujuannya, bahkan dengan tumpah...