16

2.7K 239 3
                                    

Taehyung tengah sibuk dengan berkas-berkas di ruang kerjanya sampai tiba-tiba pintu ruangannya terketuk. Menampilkan seorang gadis dengan 2 kaleng soda ditangannya.

"Woa, tumben sekali kau kemari.", ucap Taehyung yang langsung menyudahi aktivitasnya dan langsung mengalihkan atensinya pada Jennie.

"Kebetulan pasienku tidak terlalu banyak hari ini.", jawaban Jennie hanya dibalas oleh anggukan Taehyung. Dirinya sangat senang karena kekasih tercintanya mengunjunginya hari ini. Ini adalah momen langka, biasanya dirinyalah yang mengunjungi Jennie.

"Kau menangis?!", pekik Taehyung tatkala menyadari wajah sembab kekasihnya. Jennie sontak memalingkan wajahnya tatkala Taehyung menyadari wajah sembabnya. Padahal ia sudah susah payah menutupinya dengan make up.

"Aniyo.", Taehyung yang mendengar jawaban Jennie kini beralih memegang tangan kekasihnya dan menatap netra Jennie intens.

"Kau tidak bisa membohongiku.", kalimat Taehyung mampu membuat air mata Jennie jatuh begitu saja. Kenapa dirinya selalu terlihat begitu rapuh dihadapan kekasihnya. Taehyung dengan sigap langsung menarik Jennie kedalam dekapannya. Berharap itu dapat menenangkan kekasihnya.

"Gwenchana..", 1 kata dari Taehyung mampu sedikit meredakan isak tangis Jennie.

"Ini semua salahku, Taehyung-ah. Dia pergi karenaku.. Ini semua salahku.", Taehyung mengeratkan dekapannya pada Jennie. Kekasihnya yang terlihat kuat dan tegas dihadapan orang-orang sebenarnya adalah gadis yang rapuh.

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Aku yakin Lisa pasti sedih jika mendengarnya.", air mata Jennie kini sudah membasahi dada bidang Taehyung.

"Aku yakin dia sangat membenciku.", terdengar gurat kesedihan yang mendalam pada kalimat Jennie.

"Jennie-ya, bagaimana jika kau mengambil cuti beberapa hari dan pergi berlibur bersama keluargamu?", Taehyung tahu jika gadisnya pasti sangat lelah dengan profesinya. Ditambah beban masa lalu yang harus ia pikul. Taehyung harap berlibur dapat menenangkan gadis itu.

"Aku akan memikirkannya."

"Banyak kasus yang belum aku selesaikan.", mendengar jawaban Rosè membuat Gongyo kecewa. Padahal pria itu sudah sangat antusias mendengar ajakan Jennie untuk berlibur. Ia sangat merindukan momen keluarganya meskipun kini tidak selengkap dulu.

"Tidak ada bantahan.", atensi mereka beralih pada Jennie. Untuk saat ini biarkan Jennie egois. Adik dan kakaknya terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai mengesampingkan keluarga. Jennie tidak menyukai hal itu. Bisa saja Jennie pergi berlibur sendiri, namun tujuannya berlibur adalah mengisi momen dengan keluarganya.

"Apa maksudmu, un-"

"Apa kau memilih pekerjaanmu dibanding keluargamu? Kau tidak akan jatuh miskin hanya karena kehilangan pekerjaanmu itu.", potong Jennie yang mampu membuat Rosè bungkam. Kalimat Jennie ada benarnya. Bagaimanapun ia tidak dapat melupakan fakta jika dirinya tetaplah seorang putri konglomerat.

"Arasseo, mari kita berlibur untuk beberapa hari.", Jisoo yang sedari tadi diam kini memutuskan untuk buka suara. Selagi masih ada waktu, bukankah alangkah baiknya mengukir momen bersama. Karena belajar dari tragedi sebelumnya, kita tidak tahu kapan orang terdekat kita akan pergi.

"Dimana kita akan berlibur?", tanya Gongyo antusias membuat ketiga putrinya berfikir.

"Bagaimana jika Italia?", tanya Jisoo yang mampu membuat Rosè membulatkan matanya sempurna. Saran Jisoo selalu jadi yang terbaik. Ia bisa berlibur sembari menyelidiki misinya.

Home?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang