15

2.6K 235 1
                                    

5 tahun bukan waktu yang singkat, namun kesedihan masih menyelimuti keluarga Kim. Bagaimana tidak, mereka harus kehilangan 2 orang yang mereka sayangi sekaligus.

Jennie berjalan dengan jas putihnya menyusuri lorong rumah sakit, mempersiapkan diri untuk menangani pasien yang akan ia bedah selanjutnya. Diusia yang sangat muda, dirinya berhasil mendapat gelar dokter dengan predikat dokter terbaik di Seoul. Bahkan jabatan kepala rumah sakit sudah menantinya.

"Minumlah kopi ini terlebih dahulu.", seorang pemuda berparas tampan datang menghampiri Jennie dengan secangkir kopi hitam ditangannya.

"Gomawo.", jawab Jennie singkat pada kekasihnya. Pria yang berprofesi sebagai pengusaha itu mengunjungi Jennie setiap hari. Selalu mengingatkan Jennie untuk beristirahat dan sering kali membawakan makanan untuk gadis itu.

"Beberapa menit lagi aku akan memasuki ruang operasi.", ucap Jennie yang langsung menyeruput habis kopi pemberian Taehyung. Dahulu Taehyung adalah teman baiknya. Namun seiring berjalannya waktu, mereka berdua saling jatuh cinta. Taehyung selalu ada untuk Jennie saat gadis itu terpuruk. Bahkan pemuda itu ikut mencari tahu mengenai keberadaan Lisa.

"Kau bekerja terlalu keras, Jennie-ya.", ucap Taehyung yang tidak mendapat balasan apapun dari kekasihnya. Taehyung tentu paham alasan Jennie begitu keras pada dirinya sendiri. Kekasihnya ingin menyibukkan diri sehingga melupakan kesedihan yang menyelimutinya. Walau Jennie tidak pernah memiliki waktu untuk Taehyung, pemuda itu tidak pernah kesal. Taehyung hanya ingin Jennie tidak mengabaikan kesehatannya sendiri.

"Aku duluan, Taehyung-ah.", pamit Jennie meninggalkan Taehyung yang masih terdiam di tempatnya.

"Aku merindukan tatapanmu lamamu."

Seorang gadis dengan setelan jas abu terduduk di bangku kesayangannya. Tangannya sibuk memegang kartu remi seolah tengah meramal sesuatu.

"Nona, kami sudah mendapat orang yang kau minta.", ujar pria berbadan kekar yang kini tengah berdiri di hadapan Lisa.

"Hilangkan jejaknya.", jawab Lisa sembari meletakkan salah satu kartu remi ke atas meja.

"Siap.", saut pria itu tegas yang langsung bergegas meninggalkan ruangan Lisa. Kini Lisa memutuskan untuk merebahkan punggungnya di atas bangku yang tengah ia duduki. Remi yang tadinya ia pegang, ia lempar begitu saja hingga berserakan kemana-mana. Kepalanya begitu penat dengan masalah-masalah yang akan ia hadapi selanjutnya.

"Bukankah aku menyuruhmu untuk beristirahat?", saut seorang pria yang entah sejak kapan sudah berada di ambang pintu.

"Lebih cepat lebih baik.", jawab Lisa santai sembari mulai membaca setumpuk berkas dihadapannya. Jongki yang melihat aksi Lisa hanya bisa terkekeh geli. Gadis itu sangat keras kepala, apalagi dalam urusan pekerjaan.

"Yeji akan marah jika melihatmu seperti ini.", ucapan Jongki berhasil menarik atensi Lisa. Gadis itu beralih menatap Jongki dengan tatapan datar. Namun beberapa detik kemudian ia kembali fokus pada berkas-berkas dihadapannya.

"Maka jangan beri tahu dia.", jawab Lisa enteng membuat Jongki hanya bisa menggeleng heran. Entah kenapa Lisa tumbuh menjadi gadis yang gila kerja. Tentu saja hal itu membuat Yeji cukup khawatir dengan kesehatan gadis itu. Apalagi sikap gadis itu yang berubah 180 derajat. Yeji membenci perubahan itu, ia tidak suka dengan sikap dingin Lisa. Berbeda dengan Jongki yang seolah menyukai perubahan itu.

"Mari minum kopi bersama setelah kau selesai dengan kertas-kertas itu."

Home?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang