"Cih, pecundang.", Eunwoo tak henti-hentinya mengumpati Bogum, mengabaikan berbagai pukulan yang kini mendarat ditubuhnya. Namun hal ini tak ia lakukan tanpa sebab, ia ingin mengulur waktu sampai pertolongan tiba.
"Aku yakin kau pasti anak buah gadis itu.", ucap Bogum sembari mengistirahatkan diri. Dirinya sudah terlalu lelah menghajar Eunwoo. Orang yang ia hajar sepertinya juga sudah tergeletak tak berdaya.
"Seorang polisi tidak akan setangguh ini.", lanjut Bogum yang tak mendapat balasan apapun dari Eunwoo. Rasa sakit yang menjalar disekujur tubuhnya membuat dirinya tak sanggup lagi hanya untuk sekedar menjawab kalimat Bogum.
"Gwenchana?", tanya Rosè khawatir setelah melihat penampilan tak berdaya dari Eunwoo. Jika Eunwoo mati, tentu saja akan memperumit masalah.
Dengan sisa tenaga, Eunwoo mengangguk. Ia masih bisa bertahan entah sampai kapan. Namun untuk melindungi Rosè, ia tak yakin dapat melakukannya.
"Arasseo, mari kita lanjutkan.", Bogum bangun dari tempatnya dan kembali mengambil ancang-ancang untuk menghajar Eunwoo. Namun ia mengurungkan niatnya tatkala tiba-tiba gadis blonde disamping Eunwoo berani buka suara, "Cukup! Kau bisa membunuhnya!"
Perlahan Bogum mengambil langkah mendekati Rosè. Tangannya meraba setiap inci wajah cantik gadis itu secara perlahan, "Aku suka gadis cantik."
Rosè sontak menjauhkan dirinya dari tangan Bogum, namun pria tak berperasaan itu sudah terlebih dahulu menjambak rambut blonde milik Rosè, "Tapi aku tidak suka perempuan lancang."
Brukk
Sebuah tinju berhasil melayang pada wajah mulus Rosè. Meninggalkan darah yang mengalir disudut bibir gadis itu. Tak cukup dengan satu pukulan, Bogum beralih mengambil pisau diatas meja.
Sebuah sayatan berhasil menggores pipi Rosè. Belum selesai dengan aksinya, Bogum mulai menodongkan pisaunya pada leher Rosè. Mengabaikan teriakan Eunwoo yang sudah mengumpatinya dengan berbagai umpatan, "bunuh aku, brengsek."
Eunwoo tersentak dengan kalimat Rosè. Apa yang sebenarnya gadis itu rencanakan? Mengapa dirinya malah tersenyum remeh pada Bogum? Tentu saja aksinya dapat membuat Bogum murka dan benar-benar membunuh gadis itu.
Pisau Bogum bahkan sudah menyentuh kulit leher Rosè. Dengan sedikit dorongan saja, pisau itu bisa menembus leher Rosè. Gadis itu hanya bisa memejamkan matanya, pasrah dengan keadaan. Jika ia mati saat ini, ia tidak keberatan. Setidaknya dirinya mati dalam keadaan mulia.
Brukk
Pintu gudang berhasil terbuka lebar, menampilkan seseorang dengan topengnya. Senyum Eunwoo langsung mengembang. Sebenarnya ia sudah yakin atasannya pasti akan datang untuk menyelamatkannya. Walau kenyataannya ia datang terlambat.
"Woah, lihat siapa yang datang.", Bogum langsung bergerak mundur dan mengalihkan atensinya pada gadis bertopeng di ambang pintu.
"Kalian selamat kali ini.", Bogum langsung melompat lewat cendela. Gadis bertopeng yang melihat aksi itu langsung mengejar pria itu. Tapi bukan Bogum jika tidak cerdik. Pria itu langsung masuk ke ruang bawah tanah dan menguncinya, sehingga para snipper tidak bisa menembaknya.
"Shibal.", umpat gadis bertopeng itu setelah kehilangan jejak Bogum. Atensinya beralih pada Eunwoo yang sudah tergeletak tak berdaya. Dengan cekatan ia langsung membuka pengikat tali dikedua tangan Eunwoo, "Gomawo."
Tubuh gadis bertopeng itu membeku tatkala dirinya baru menyadari sesuatu. Bahkan tubuhnya terlalu kelu hanya untuk sekedar digerakkan.
Namun beberapa detik kemudian ia tersadar dan langsung mengalihkan pandangan. Setelah melepas ikatan dikedua tangan Eunwoo, Lisa beralih melepas ikatan dikedua tangan Rosè, "Nuguya?"
Pertanyaan Rosè tak mendapat jawaban apapun dari gadis bertopeng itu. Setelah memastikan ikatan Rosè terlepas sempurna, gadis itu menatap wajah Rosè sejenak. Meskipun memakai topeng, Rosè tau gadis dihadapannya tengah menatapnya. Tak ingin ambil pusing, Rosè memilih untuk mengucapkan terimakasih.
Siapa sangka ucapan terimakasih dari Rosè lagi-lagi menyadarkan Lisa dari lamunannya dan langsung berhambur keluar. Meninggalkan Eunwoo yang masih tergeletak tak berdaya di tempatnya.
"Siapa orang itu?", gumam Rosè sembari menatap punggung gadis bertopeng itu yang semakin hilang dari pandangan.
"CHAEYOUNG-AH!", teriak Jisoo yang langsung merengkuh tubuh Rosè. Ia sangat berterimakasih pada Tuhan karena masih memberinya kesempatan untuk bertemu dengan adiknya.
"Gwenchana?", tanya Jisoo yang langsung mendapat anggukan Rosè. Siapa yang berani melakukan ini pada adiknya? Akan Jisoo pastikan hidup orang itu akan hancur. Jisoo kini membalikkan tubuhnya tatkala tak mendapati Jennie disampingnya. Padahal ketika berhambur ke dalam gedung, ia pergi bersama Jennie. Namun ia memilih untuk kembali fokus pada keadaan Rosè yang sangat memprihatinkan.
"Siapa yang berani melakukan ini padamu, Chaeyoung-ah?"
■
"Kau pelakunya, bukan?", tanya Jennie sembari menodongkan pisau medis pada gadis bertopeng dihadapannya. Ia sangat bersyukur karena ia tak sengaja membawa pisau bedah ditasnya. Ditambah dirinya merupakan juara Taekwondo ketika masih dibangku sekolah. Tentu saja hal itu menambah rasa percaya Jennie untuk menangkap orang dihadapannya.
"Kau masih tidak ingin buka suara? Perlukah aku memotong saraf karotismu?", tanya Jennie dengan penuh penekanan. Kini ia berada di hutan belakang gedung tua tempat adiknya berada. Ia rela mengejar gadis itu sampai ke hutan demi menangkap pelaku penyekapan adiknya.
"Nona Lisa?!", pekik Eunwoo tatkala mendapati atasannya tengah ditodong begitu saja. Saat hendak membantu atasannya, gadis bertopeng itu malah memberi aba-aba agar Eunwoo tetap menjaga jarak.
Gadis itu menarik tangan Jennie agar menjauh dari lehernya. Setelah memastikan pisau itu aman dari lehernya, gadis itu langsung berhambur meninggalkan Jennie sendirian.
Kini Jennie terdiam di tempatnya. Ia menyadari jika ada sesuatu yang aneh. Dari cekalan gadis itu, Jennie bisa merasakan jika gadis bertopeng itu memiliki kekuatan yang jauh lebih besar darinya. Namun mengapa gadis itu tidak melawan saat Jennie menodongnya? Kebodohan Jennie adalah tidak memiliki fikiran untuk membuka topeng gadis itu dan malah membiarkannya pergi.
"Siapa dia..?"
■
Brakk
Sebuah tendangan berhasil mendarat pada meja besar nan kokoh di ruangan bernuansa hitam. Mengabaikan jika kakinya sudah bengkak dan berlumuran darah. Emosi yang bergemuruh dalam dadanya membuat dirinya mengabaikan segala rasa sakit yang menjalar pada kakinya.
Entah kenapa hatinya sangat sakit mengetahui fakta bahwa dirinya baru saja ditodong oleh kakaknya sendiri. Ini adalah kali pertama bagi Lisa untuk mendapatkan kekerasan fisik dari kakaknya, terlebih Jennie.
Pintu terketuk menampilkan Siwon dengan setelan jasnya. Ia baru saja menyelesaikan misi dari Lisa. Misi yang berbeda dari misi-misi sebelumnya, "Aku sudah memastikannya selamat."
"Sampai?"
"Sampai hotel, nona.", jawaban Siwon hanya dibalas oleh hembusan nafas lega dari Lisa. Hari ini adalah hari yang sangat mengejutkan bagi gadis berponi itu. Namun ia sangat mensyukuri akan keputusannya untuk mengenakan topeng.
Bagaimana bisa dirinya bertemu dengan Rosè dan Jennie dalam situasi yang sangat buruk. Apalagi ia malah mendapati Rosè tengah disekap bersama anak buahnya. Mau tidak mau Lisa harus memerintahkan Siwon untuk memastikan jika Rosè baik-baik saja. Jika boleh jujur, dirinya sangat khawatir pada luka-luka yang ada pada tubuh kakaknya.
"Kenapa mereka ada disini?"
Note
Kira-kira kapan ya Lisa sama kakak-kakaknya ketemu? 🤔 kalo vote sama commentnya rame, besok bakal up. Kalo sepi yaa kapan² aja berarti 😇. Jangan lupa jaga kesehatan and see u di ch berikutnya 🩷
KAMU SEDANG MEMBACA
Home?
FanfictionKim Lisa, perempuan berdarah bangsawan yang terpaksa kehilangan segalanya karena bakat yang ia miliki. Demi melindungi keluarganya, Lisa tumbuh menjadi manusia berhati dingin. Lisa rela melakukan apapun untuk mencapai tujuannya, bahkan dengan tumpah...