Salju membasahi kota Seoul. Biasanya musim salju Lisa gunakan untuk berkelana menyelesaikan misinya. Tentu saja karena salju yang turun dapat mempermudah proses menghilangkan jejak. Namun kali ini, ia menghabiskan waktunya untuk berpasrah pada takdir.
"Semua akan baik-baik saja," ucap Rosè sembari mengusap puncak kepala adiknya. Lisa hanya terdiam tanpa memberi jawaban. Kepala gadis itu terlalu penuh dengan berbagai kemungkinan.
Kini Lisa menatap Rosè dengan tatapan yang tak bisa diartikan, "Bukankah besok ulang tahun Jennie unnie?"
Pertanyaan Lisa hanya dibalas oleh anggukan dari Rosè. Gadis berambut blonde itu tak bisa membayangkan betapa terpuruknya Jennie jika harus kehilangan Lisa dihari ulang tahunnya sendiri. Walaupun Rosè tahu, mungkin kondisi dirinya tak jauh berbeda dari Jennie jika Lisa harus meninggalkannya.
"Jadikan kesembuhanmu sebagai hadiah terbaik untuk Jennie unnie," ucap Rosè dengan senyum sendu. Lisa lagi-lagi hanya diam tak menanggapi.
"Dimana Jennie unnie?"
"Dia sedang mempersiapkan diri untuk besok," jawab Rosè yang mendapat hembusan nafas berat dari Lisa. Namun tanpa siapapun sadari, sorot mata Lisa beralih pada sosok dibalik cendela rumah sakit.
"Ayo pergi ke menara seoul," ajak Lisa dengan suara serak.
■
"MWO?" pekik Jisoo mendengar penuturan Rosè. Sedangkan Jennie kini sibuk memijit pelipisnya.
"Hanya berselang 10 jam lagi, Lisa akan melakukan operasi. Apakah terdengar masuk akal untuk pergi ke menara seoul?" ucap Jennie yang terdengar frustasi.
"Tapi, unnie. Keinginannya terdengar mutlak. Aku sudah membujuknya, namun dia malah mengancam tidak mau melakukan operasi jika kita tidak menuruti keinginannya," Jennie terlihat sangat frustasi. Ia takut terjadi sesuatu yang akan menghambat operasi nantinya.
Terdengar helaan nafas berat dari Jisoo. Gadis itu menepuk pundak Jennie dan mengusapnya lembut, "Kita lakukan saja, ya?"
Jennie mendelik mendengar pernyataan kakaknya, "Unnie, dia-"
"Ara. Tapi... Apakah kita tahu apa yang akan terjadi setelah operasi? Aku hanya tidak ingin kita menyesal nantinya," ucap Jisoo membuat kedua mata Jennie menajam.
"Apa maksudmu, unnie? Apa maksudmu operasi ini akan menuntunnya menuju kematian?" tanya Jennie dengan sedikit berapi-api. Jisoo lagi-lagi hanya bisa menghela nafas berat.
"Apakah kau bisa menjamin 100% bahwa operasi ini akan berhasil?" pernyataan Jisoo membuat Rosè dan Jennie terkejut bukan main.
"Apa kau.. sudah mengikhlaskan Lisa?" pertanyaan yang terdengar lirih itu sangat menyayat hati. Jisoo kini menatap adik-adiknya sendu.
"Dia sudah cukup kesakitan selama ini. Kita tidak bisa terus-terusan egois."
■
Menara Seoul merupakan lokasi mereka saat ini. Awalnya Jennie memang sangat menentang keinginan Lisa. Namun apa yang dikatakan Jisoo ada benarnya. Walaupun didalam lubuk hati terdalam ia tidak akan rela adiknya pergi.
"Apakah disini dingin?" tanya Rosè membuka percakapan dengan adiknya.
"Aniyo, aku sudah menggunakan jaket setebal balmut," jawab Lisa apa adanya. Memang benar kakak-kakaknya memberikannya jaket yang sangat tebal. Bahkan selain jaket, ia juga diberi sweater yang tidak kalah tebal dan juga selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home?
FanfictionKim Lisa, perempuan berdarah bangsawan yang terpaksa kehilangan segalanya karena bakat yang ia miliki. Demi melindungi keluarganya, Lisa tumbuh menjadi manusia berhati dingin. Lisa rela melakukan apapun untuk mencapai tujuannya, bahkan dengan tumpah...