Jennie terdiam sembari duduk dibangku ruangannya. Ini adalah waktu istirahat disela-sela pekerjaannya, namun sayangnya otaknya menolak untuk berisitirahat. Sampai tiba-tiba ketukan pintu terdengar. Jenniepun langsung mempersilahkan orang itu masuk.
"Ada apa Dokter Kang?" tanya Jennie penasaran. Pasalnya dokter itu tidak akan mengunjunginya jika tidak ada urusan serius.
"Aku ingin membahas satu pasien," ucap dokter itu sembari menatap Jennie serius.
"Silahkan," saut Jennie ramah.
"Dia pengidap kanker paru-paru dan dia memutuskan untuk operasi," lanjut dokter Kang.
"Lalu?" tanya Jennie yang masih tak menangkap maksud dari dokter dihadapannya.
"Masalahnya posisi kanker itu sangat sulit dicapai.." ucap Dokter Kang gusar.
"Aku sudah memberitahukannya bahwa kemungkinan berhasil adalah 30%, tapi dia tetap tidak mau mendengarkanku dan tetap memilih jalan itu," lanjut Dokter Kang membuat Jennie menghembuskan nafasnya berat.
"Jika begitu lakukanlah, itu adalah kemauannya. Itu pertanda dia siap menanggung risikonya," jawab Jennie berusaha memberi solusi.
"Aku tidak akan bisa melakukannya, Jennie-ya.." ucap Dokter Kang sembari menatap Jennie intens.
"Hanya Dokter genius yang bisa menanganinya dan aku yakin kau orangnya," Jennie membulatkan matanya sempurna mendengar ujaran Dokter Kang. Dugaan Jennie benar, pasti alasan Dokter Kang untuk datang keruangannya bukanlah alasan biasa. Seketika rasa takut menghantuinya. Yang akan ia hadapi adalah nyawa manusia. Dengan persentase sekecil itu, apakan dia bisa melakukannya?
"Tolonglah, Jennie-ya.. Kita bisa melakukannya bersama.. Hanya saja, aku mau kau yang memimpin operasinya," ucap Dokter Kang memohon.
Jennie kini menghembuskan nafasnya panjang sebelum mengeluarkan kalimatnya, "Arasseo. Tapi pastikan dia menandatangani berkas-berkas persetujuan terlebih dahulu."
■
Rosé kini mulai membaca satu-persatu biodata dihadapannya. Semua terlihat sangat rumit dikepala Rosé. Sampai tiba-tiba matanya menangkap sesuatu. Seorang pria yang ia pernah lihat sebelumnya. Pria yang sama dengan pria yang hampir melukai Jisoo.
"Apa dia juga membunuhnya? Tapi kenapa?" ucap Rosé berusaha memecahkan teka-teki dihadapannya. Pasalnya orang-orang yang Lisa bunuh, mayoritas tidak ada yang berhubungan dengan pekerjaan Lisa itu sendiri.
Namun kini tangannya mulai bergerak mendial nomor seseorang, "Appa, aku ingin semua berkas biodata pesaing appa."
Gongyo yang mendengar penuturan putrinya sontak mengernyit bingung. Mengapa secara tiba-tiba putrinya menagih hal seperti ini.
"Untuk apa, Chaeyoung-ah?" Rosé menghembuskan nafas berat. Dirinya sangat malas jika harus menjelaskan semuanya saat ini.
"Untuk penyelidikan. Tolonglah, appa," ucap Rosé memohon. Tak lama kemudian tiba-tiba notif ponselnya berbunyi. Menampilkan sebuah dokumen yang berisi data-data yang ia cari.
"Gunakan dengan baik," ucap Gongyo sebelum sambungannya terputus.
"Gomawo, appa," ucap Rosé yang langsung memutus sambungannya sepihak. Dengan gerak cepat, ia langsung mencetak satu-persatu biodata yang Gongyo kirimkan.
Setelah mencetak semuanya, kini ia mulai mencocokannya dengan berkas dihadapannya. Dengan telaten, ia mulai menandai orang-orang yang sama. Setelah selesai dengan urusannya, kini ia mulai melihat semua berkas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home?
FanfictionKim Lisa, perempuan berdarah bangsawan yang terpaksa kehilangan segalanya karena bakat yang ia miliki. Demi melindungi keluarganya, Lisa tumbuh menjadi manusia berhati dingin. Lisa rela melakukan apapun untuk mencapai tujuannya, bahkan dengan tumpah...