33

2K 176 2
                                    

Jisoo terdiam di kamarnya sembari memeluk kedua lututnya. Rasa bersalah terus menghantuinya tatkala ia baru mengetahui jika Bogumlah yang menyakiti adiknya. Bisa-bisanya ia berkencan dengan pria tak berhati nurani.

"Kenapa kau terlihat sangat murung, unnie?" tanya Rosè yang datang dengan segelas jus jambu.

"Ani, hanya masalah kecil," jawab Jisoo dengan senyum manisnya. Rosè yang mendengar jawaban kakaknya sontak menghembuskan nafas berat.

"Aku ini adikmu, kau bisa berbagi masalah denganku," saut Rosè sembari memberikan jus jambu buatannya. Setelah mengetahui kakak sulungnya tengah murung, ia langsung membuatkan Jisoo segelas jus.

"Arasseo, aku akan menceritakannya suatu saat nanti," ujar Jisoo sembari meneguk jus buatan adiknya.

"Unnie.." panggil Rosè dengan suara seraknya.

"Ne?" saut Jisoo setelah meneguk habis jus jambu pemberian adiknya.

"Aku takut," kalimat Rosè sontak mengundang rasa khawatir Jisoo.

"Apa ada seseorang yang membuatmu ketakutan? Katakan pada unnie. Unnie tidak akan membiarkannya mengganggumu lagi," ujar Jisoo menggebu-gebu. Tentu saja apa yang dikatakan Jisoo bukanlah omong kosong belaka. Pasalnya dengan harta dan kekuasaan Jisoo saat ini, ia bisa melakukan apapun yang ia mau.

"Rasa takut ini kembali menghantuiku. Bahkan mencekikku," Jisoo mendekap tubuh adiknya erat. Pasti ada beban berat yang tengah adiknya tanggung.

"Rasa takut apa yang menghantuimu itu, Chaeyoung-ah?" tanya Jisoo lembut sembari mengusap punggung adiknya.

"Kehilangan seseorang."

"Kami sudah menemukan jejaknya, tuan," ucap seorang pria gagah dengan setelan formal ditubuhnya.

"Bawa dia," perintah Gongyo yang langsung mendapat anggukan patuh dari pria berbadan kekar itu. Hampir 24 jam ia terus berkeliaran hanya untuk mencari keberadaan putrinya. Ia hanya ingin membuat putri kecilnya kembali dalam dekapannya.


"Disini bukan tempatmu. Appa akan membawamu kembali pada tempatmu," gumam Gongyo seolah berbicara pada dirinya sendiri.

Tok tok tok

Suara pintu diketuk mengalihkan perhatian Gongyo. Setelah mengizinkan orang itu masuk, kini orang itu mulai membuka gagang pintu ruangan yang Gongyo sewa khusus untuk ruang kerjanya selama di Italia.

"Rupanya kau, Taehyung-ah," sapa Gongyo ramah. Bagi Gongyo, menantunya itu sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. Pria paruh baya itu sudah sangat merestui hubungan putrinya dengan Taehyung. Tentu saja karena Taehyung mencintai Jennie melebihi apapun.

"Apa yang sedang appa lakukan?" tanya Taehyung sembari membawa sekotak pizza ditangannya. Taehyung memanggil Gongyo dengan sebutan appa atas permintaan Gongyo. Pria paruh baya itu berharap dengan panggilan itu rasa kekeluargaan mereka semakin erat.

"Seperti biasa," jawab Gongyo singkat yang langsung mendapat anggukan dari Taehyung. Taehyung sudah mengetahui mengenai jerih payah Gongyo dalam mencari putri bungsunya. Jennie yang menceritakan tentang hal ini padanya.

"Apa yang akan appa lakukan jika menemukannya?".tanya Taehyung penasaran.

"Tak peduli apa yang terjadi, appa akan menyeretnya ke Korea."

Jennie berjalan berjalan mengitari taman tanpa tujuan. Pagi yang cerah ia habiskan untuk berjalan-jalan tanpa arah. Sampai tiba-tiba rasa haus mendatanginya. Jenniepun memutuskan untuk mendatangi kios kecil untuk membeli minum.

"Air mineral 1," ucap Jennie dengan bahasa Italia.

"Ini kembaliannya."

"Ambil saja," saut Jennie yang langsung bergegas melangkahkan kakinya menjuju sebuah bangku di taman. Saat fokus membuka tutup botol air mineral yang baru saja ia beli, tubuhnya tak sengaja menubruk seseorang hingga air mineralnya membasahi orang tersebut.

"Gunakan matamu," ucap orang itu dengan nada tinggi. Namun Jennie menjatuhkan botolnya setelah mendengar suara orang tersebut. Suara yang benar-benar ia rindukan. Setelah menyadari siapa yang ia tabrak, orang itu langsung berlari meninggalkan Jennie. Namun secepat kilat, Jennie berhasil mecekal tangan orang itu.

"Kembalilah.." ucap Jennie dengan suara serak. Gadis itu tengah berusaha mati-matian untuk menahan air matanya.

"Aniyo," jawab Lisa singkat sembari menepis cekalan kakaknya.

Tak menyerah sampai disitu, Jennie kini memeluk tubuh adiknya. Entah kenapa pelukan Jennie sudah seperti jurus andalan yang gadis itu gunakan untuk menahan Lisa. Lisa sontak membulatkan matanya sempurna setelah mendapat pelukan tak terduga dari kakaknya.

Lisa terhenyak dalam pelukan Jennie untuk beberapa saat sampai tiba-tiba ia menyadari sesuatu. Matanya sontak melirik kearah pria berjubah hitam yang kini tengah bersembunyi dibalik semak-semak. Lisa langsung mendorong tubuh Jennie menjauh dari tubuhnya.

"Berhenti berbuat bodoh, aku tahu niat busukmu. Kau ingin memanfaatkanku bukan?" tanya Lisa datar membuat Jennie kini terkejut ditempatnya.

"Apa yang kau maksud? Mana mungkin aku memanfaatkan adi-"

"Omong kosong. Jangan bertingkah seolah kita berdua saling mengenal," setelah menyelesaikan kalimatnya, Lisa langsung pergi meninggalkan Jennie tanpa beban. Baru saja Jennie hendak mengejar Lisa, naasnya gadis itu sudah kehilangan jejak adiknya. Sampai tetes demi tetes air mata mulai membasahi wajah Jennie. Kalimat adiknya sangat menusuk hatinya.

Tanpa siapapun sadari, kini Lisa tengah merapalkan seribu kata maaf pada Jennie. Ini satu-satunya cara yang bisa ia lakukan untuk melindungi kakaknya. Kini Lisa mengepalkan kedua tangannya penuh amarah.


Gongyo terduduk sembari memandangi makam Jongki dihadapannya. Beberapa saat yang lalu, ia baru mendapat kabar bahwa Jongki telah wafat. Hal itu tentu sangat mengejutkan pria konglomerat itu.

"Kau sudah pergi duluan rupanya," ucap Gongyo seolah Jongki ada dihadapannya.

"Tak kusangka kita akan kembali bertemu dengan keadaan seperti ini," tanpa Gongyo sadari, air matanya kini menetes begitu saja.

"Dulu kita sangat dekat seperti kakak beradik, sayangnya kita harus terpisah hanya karena wanita," Gongyo dan Jongki adalah sepasang sahabat yang tak terpisahkan sejak kecil. Hanya saja, rasa obsesi Jongki pada Hyekyo merusak persahabatan mereka.

"Setelah semua pertengkaran yang kita lalui, aku tetap menganggapmu sebagai adikku. Sayangnya kau harus pergi tanpa ada kata damai diantara kita," ucap Gongyo sembari mengingat masa-masa indah dengan sahabat lamanya itu.

"Aku jadi teringat saat kau menyelamatkanku saat tenggelam, kau hampir mati karena itu," Gongyo kini teringat kejadian bertahun-tahun yang lalu. Saat Jongki nyaris kehilangan nyawanya hanya karena menyelamatnya Gongyo yang hampir tenggelam ditengah aliran sungai yang sangat deras.

"Maaf karena sudah menjadi teman yang buruk," Memori indah bersama sahabatnya kini terputar bagai kaset rusak dibenaknya. Walau sudah bertahun-tahun yang lalu, momen indah bersama Jongki takkan bisa Gongyo lupakan.

"Siapa yang membuatmu pergi begitu cepat, Jongki-ah?"

Note
Update edisi goodmood abis ngeliat cuplikan konser bp tadi 😁 jangan lupa tinggalin jejak ges 💘

Home?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang