2

4.1K 274 0
                                    

Gongyo, pria konglomerat yang sangat berpengaruh di Korea. Bagaimana tidak, bahkan ketika menginjakkan kaki di negara gingseng itu, Benda-benda yang diproduksi perusahaan Gongyolah yang mendominasi. Selain kaya raya, Gongyo juga terkenal akan sikapnya yang tegas dan murah hati. Hal itu membuat Gongyo sangat disegani di berbagai kalangan.

"Yeobo, kau sudah bekerja semalaman. Sebaiknya kau segera beristirahat.", ucap Hyekyo sembari mengusap pundak kekar suaminya.

"Arasseo, aku akan mandi lalu tidur.", jawab Gongyo menurut. Gongyo merupakan suami idaman yang akan menuruti semua keinginan istrinya. Asal itu membuat istrinya bahagia, Gongyo akan melakukannya. Jika pria kaya lain sibuk selingkuh, Gongyo sebaliknya. Ia terlalu mencintai istrinya melebihi apapun.

"Yeobo..", panggil Hyekyo tiba-tiba yang mampu mengalihkan atensi Gongyo.

"Ne?", tanya Gongyo penuh tanya.

"Apakah pesaing Italia itu masih mengincar keluarga kita?", Gongyo yang awalnya berniat mandi, kini mengurungkan niatnya dan memutuskan untuk mendekap istrinya.

"Kau tidak perlu khawatir. Akan kupastikan keluarga kita aman.", ucap Gongyo lirih sembari memejamkan matanya.

Menjadi manusia konglomerat tak menjadikan keluarga Kim hidup bahagia. Banyak sekali ancaman yang menunggu mereka. Salah satunya adalah pesaing Gongyo yang terus melakukan berbagai upaya untuk menghancurkan pria beranak 4 itu.

Bahkan ketika berusia 6 tahun, Jennie pernah hampir tewas akibat ulah dari pesaing ayahnya. Ia menculik Jennie dan menjadikan gadis bermata kucing itu sebagai sandra. Bahkan rasa trauma masih melekat dalam diri Jennie. Hal itu yang membuat Jennie takut pada kegelapan.

Lisa kini tengah tertawa sembari menonton kartun kesukaannya di TV. Meskipun sudah menginjak usia remaja, kebiasaan menonton kartun masih melekat dalam dirinya. Hal itu sontak membuatnya terlihat seperti kanak-kanak di mata keluarganya.

"Ya! Kau asyik sekali menonton TV. Padahal di sekolah aku sangat kesepian.", saut Rose yang tiba-tiba muncul entah darimana.

"Apa kau merindukanku, unnie? padahal kita hanya berpisah beberap jam.", goda Lisa yang sontak mendapat pukulan ringan dari kakaknya.

"Kau ini terlalu percaya diri, Lisa-ya!", omel Rosè yang mengundang tawa renyah dari adiknya.

"Kau akan merindukan sikap jahilku suatu saat nanti.", ucap Lisa santai sembari memakan popcornnya.

"Tidak akan! Kau yang akan merindukanku.", ucap Rosè yang beralih mendaratkan tubuhnya di sofa.

"Arasseo, lihat saja nanti.", ucap Lisa yang memutuskan untuk bangun dari tempatnya dan beranjak ke kamarnya. Ia baru ingat ada pekerjaan rumah yang belum ia selesaikan.

Namun saat hendak menginjakkan kakinya pada anak tangga pertama, seseorang memeluknya dari belakang. Menyalurkan kehangatan pada sekujur tubuh Lisa.

"Apa adikku ini sudah mandi?", tanya Jennie sembari membiarkan dagunya menopang pada pundak adik bungsunya. Sejak tadi pagi ia belum bertemu Lisa. Hal itu membuat gadis itu merindukan adik bungsunya.

"Dia tidak pernah mandi.", saut Rosè yang masih setia terduduk di sofa depan TV.

"Apakah aku bau?", tanya Lisa yang memilih untuk membalik tubuhnya dan mengabaikan kalimat Rosè. Entah kenapa pelukan dari kakak-kakaknya selalu candu setiap saat. Kecuali Rosè, karena gadis itu tidak pernah memeluknya. Mereka berdua sibuk bertengkar setiap saat.

Home?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang