"Apa yang kau lakukan di gedung tua itu, Chaeyoung-ah?!", oceh Jennie yang tak henti-hentinya mengomel.
"Lihat luka itu?! Aish jinjja!", ingin rasanya Rosè membekap mulut kakaknya saat ini juga. Alih-alih mengobatinya, Jennie malah terus mengomel membuat Rosè pusing sendiri. Jisoo datang dengan sekotak p3k ditangannya.
"Sudah, mari obati luka adikmu terlebih dahulu.", sindir Jisoo sembari menepuk bahu Jennie. Jisoo tidak bisa membayangkan sepusing apa Rosè karena harus diomeli Jennie berjam-jam ditengah luka yang ia miliki.
Jennie kini duduk disamping Rosè dengan sekotak p3k yang Jisoo bawa. Mengobati luka-luka Rosè dengan telaten. Setelah memastikan semua luka Rosè terobati, Jennie kini menatap wajah adiknya tajam.
"KAU BELUM MENJAWAB PERTANYAANKU!", teriak Jennie tepat ditelinga Rosè. Gadis blonde itu refleks memejamkan matanya. Bisa-bisa gendang telinganya pecah karena ulah kakaknya.
"Aku-"
"APA TERJADI SESUATU????", Gongyo tiba-tiba datang dengan nafas terengah. Bahkan penampilannya jauh dari kata baik saat ini. Pria paruh baya itu sangat terkejut tatkala mendapat pesan dari Jisoo jika Rosè menghilang. Sayangnya ia baru membuka ponselnya beberapa jam kemudian. Saat itu juga Gongyo langsung buru-buru menyewa helikopter menuju hotelnya. Dirinya sangat menyesal karena terlambat membuka ponselnya.
"Appa, apa gunanya ponsel mahalmu jika terus kau matikan?!", semprot Jennie pada ayahnya. Namun Rosè cukup bersyukur dengan kehadiran ayahnya, setidaknya dirinya tidak kena omel sendirian.
"Mianhae, hm?", saut Gongyo sembari menatap Jennie dengan tatapan memelas. Setelah merasa omelan Jennie mulai mereda, Gongyo mengalihkan fokusnya pada Rosè. Mengusap rambut putrinya lembut, "Gwenchana?"
"Tubuhku memang baik-baik saja, tapi tidak dengan telingaku.", jawab Rosè sembari menatap Jennie sinis.
"YA!", teriak Jennie yang merasa tersindir dengan kalimat adiknya.
"Sekarang lebih baik kita makan malam.", lerai Jisoo ditengah pertengkaran keluarganya. Ia memilih berada ditim netral dan tak memilih pihak manapun. Tentu saja demi kedamaian telinganya. Hanya saja perutnya butuh kasih sayang saat ini.
■
"Aku hanya mau menerima kabar tentang kematiannya.", ucap Lisa yang terdengar bak perintah.
"Ini tidak semudah yang dibayangka-"
"Aku tidak mau tau, bunuh dia. Sedari awal ini tanggung jawabmu.", dengan wajah datar khas Lisa, pemuda berparas tampan itu berhasil dibuat merinding.
"Arasseo..", 1 kata yang terdengar berat, namun harus Eunwoo ucapkan. Menangkap Bogum tidak semudah yang dibayangkan. Awalnya Eunwoo ingin meminta tambahan orang dalam misi penangkapan Bogum, namun sayangnya bawahan-bawahan Lisa tengah disibukkan oleh misi-misi lain. Sehingga mau tak mau Eunwoo harus menghadapi semua ini sendirian.
"Siapa gadis yang disekap bersamamu?", tanya Lisa membuat mata Eunwoo berbinar. Semoga saja dengan membahas gadis ini, Lisa dapat mendukung rencananya untuk bekerja sama dengan Rosè.
"Aku tidak tahu, tapi sepertinya dia polisi. Kita bisa memanfaatkannya untuk menangkap pria itu!", ucap Eunwoo menggebu-gebu. Namun antusiasme Eunwoo tak mendapat balasan apapun dari atasannya. Lisa memilih diam dan memejamkan matanya seolah tengah memikirkan sesuatu yang berat.
"Apa kau mau tambahan misi? jika kau mau, maka gajimu akan berlipat ganda.", kalimat Lisa langsung mendapat anggukan mantap dari Eunwoo. Siapa yang tidak menginginkan kenaikan gaji didunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home?
FanfictionKim Lisa, perempuan berdarah bangsawan yang terpaksa kehilangan segalanya karena bakat yang ia miliki. Demi melindungi keluarganya, Lisa tumbuh menjadi manusia berhati dingin. Lisa rela melakukan apapun untuk mencapai tujuannya, bahkan dengan tumpah...