25

2.9K 236 4
                                    

Bogum terduduk di sofa ruang tamunya. Saat ini ia tengah berada di apartemen mewah dengan keamanan ekstra. Apartemen yang menghabiskan berjuta-juta hanya dalam satu malam. Jika ditanya mengenai kekayaan, maka tidak perlu diragukan lagi. Mafia kakap sepertinya sudah pasti memiliki banyak sekali harta.

"Siapa gadis itu?" gumam Bogum sembari menggulung lengan kemejanya. Ia menuangkan wine pada gelasnya dan langsung meneguknya dalam satu kali tegukam.

"Kyeopta," ucap Bogum sembari menahan senyumnya agar tidak mengembang.

"Jisoo.. Perlukah aku mencarimu?" kini Bogum mengambil mantel hitam yang tergeletak diatas sofa dan memakainya. Tak lupa ia memakai topi kesayangan dan maskernya. Dengan penuh percaya diri ia menatap pantulan dirinya pada sebuah kaca besar dihadapannya.

"Kau milikku," gumam Bogum sembari menatap wajahnya sendiri dikaca. Kini ia mengambil ponselnya dan mendial nomor seseorang.

"Bisakah kau melacak keberadaan seseorang?"

Jongki terduduk disalah satu bangku di ruang kerja Lisa. Dengan wajah datar ia menatap Lisa dengan tangan dilipat. Karena Lisa dirinya harus diomeli Yeji semalaman.

"Kenapa kau tidak memberi tahuku jika kau tertembak?", tanya Jongki dengan nada serius. Lisa yang mendengar pertanyaan Jongki hanya menghembuskan nafasnya berat.

"Perlukah?" kini Jongki menatap Lisa dengan tatapan terkejut. Bisa-bisanya gadis itu menanyakan hal yang sudah jelas jawabannya.

"Ya! Aku harus tidur diluar setelah bawahanmu memberi tahu Yeji jika kau tertembak!" pekik Jongki kesal. Bisa-bisanya gadis yang ia rawat tumbuh menjadi manusia sedatar ini.

"Hm, aku akan memecatnya," Jongki kembali menatap Lisa dengan tatapan berapi-api. Bukan ini jawaban yang Jongki mau.

"Ah, molla," pekik Jongki frustasi menanggapi tingkah Lisa yang sangat sangat datar.

"Perlukah aku mencari tahu penembakmu dan menembalasnya?" mendengar hal itu Lisa hanya mengerdilkan bahunya acuh.

"Terserah kau saja," jawab Lisa enteng sembari fokus pada berkas-berkas dihadapannya.

"Arasseo, aku akan menembaknya," ucap Jongki yang langsung memberi pesan pada bawahannya melalu ponsel miliknya untuk bergerak mencari pelaku penembak Lisa.

"Lisa-ya.." panggil Jongki yang tak mendapat tanggapan apapun dari Lisa. Gadis itu bertindak seolah tidak ada orang di ruangannya.

"Namaku Lalice," bantah Lisa setelah beberapa detik mendiami Jongki.

"Jagung tidak boleh lupa dengan kulitnya," ucap Jongki sembari menatap Lisa intens.

"Kita tidak akan memakan jagung jika tidak membuang kulitnya," jawab Lisa santai membuat Jongki menggeleng heran.

"Apa kau membenci keluarg-"

"Sepertinya aku tidak tertarik dengan topikmu," potong Lisa dengan nada tak nyaman. Jongki menepuk pundak Lisa dan mengusapnya lembut.

"Kau tidak bisa terus-terusan kabur seperti ini," Lisa menepis tangan Jongki kasar setelah mendengar penuturan pria itu.

"Kau yang membawaku kesini dan sekarang kau mengusirku?", Jongki menggeleng.

Home?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang