Rosè menatap layar laptop dihadapannya. Ia mengisi waktunya seharian penuh untuk mencari tahu mengenai Bogum. Syukurnya usahanya membuahkan hasil. Ia mulai menemukan petunjuk mengenai lokasi keberadaan Bogum.
"Tunggu setelah ini, sialan. Aku akan menangkapmu," gumam Rosè yang terus berkutik dengan laptopnya. Tentunya ia melakukan hal ini dibantu oleh rekan-rekan kerjanya di Korea. Mereka bekerja sama untuk melacak keberadaan Bogum dari jauh.
"Dapat! Aku menemukan gudang barumu," ucap Rosè antusias setelah mendapatkan lokasi gudang milik Bogum. Namun saat hendak melangkahkan kakinya, ia teringat saat-saat dimana ia disekap oleh Bogum. Tapi ia kembali teringat waktu dimana bodyguard ayahnya malah menghambat pekerjaannya. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi sendirian.
Dengan gerak cepat, ia mengambil kunci mobil diatas nakas dan bergegas menuju parkiran hotel. Dengan kecepatan tinggi, ia langsung bergegas menuju titik lokasi. Setelah sampai, ia langsung memarkirkan mobilnya didepan gedung tua itu. Dengan penuh waspada ia mulai mengitari gedung. Setelah merasa tak ada tanda-tanda kehidupan, akhirnya Rosè memutuskan untuk memecahkan salah satu cendela dan masuk lewat lubang cendela yang ia pecahkan itu.
Tangan kirinya memegang senter dan tangan kanannya memegang pistol. Dengan langkah hati-hati, ia berjalan menuju sebuah meja dimana banyak kertas-kertas berceceran. Namun mendadak ia tertarik pada sebuah lukisan besar yang tergantung di ujung lorong. Alangkah terkejutnya Rosè karena saat lukisan itu ditarik, menampilkan sebuah jalan menuju bawah tanah. Dengan hati-hati ia melangkahkan kakinya melewati jalan nan gelap itu.
Kini tubuh Rosè terhuyung kebelakang tatkala menemukan tumpukan mayat dan tengkorak yang tergeletak dimana-mana. Bahkan bau tidak sedap sudah menyerbak penciumannya.
"Kau memang iblis," gumam Rosè sembari berusaha menenangkan dirinya. Rosè langsung mengambil ponsel disakunya dan merekam seisi ruangan itu. Kini matanya tertuju pada secarik nota yang tergeletak didekat mayat-mayat itu. Rosè pun mengambil nota itu dan membacanya. Dinota itu terdata pembayaran salah satu unit apartemen di Italia.
"Kau sangat cerdas, sayangnya kau ceroboh."
■
Dering telepon Jisoo berbunyi. Jisoo yang awalnya tengah sibuk dengan tablet miliknya kini mengalihkan atensinya pada ponselnya yang berbunyi, "Yeoboseyo, apakah kau mengenali suaraku?"
Jisoo nampak berfikir sejenak mendengar sapaan orang itu. Suaranya terdengar tidak asing ditelinga Jisoo. Hanya saja Jisoo tidak ingat pemiliknya.
"Jika ini penipuan maka akan kututup," ucap Jisoo yang hendak menekan tombol merah dilayar ponselnya.
"Tunggu! Aku Bogum.", Jisoo nampak mengerjapkan matanya berkali-kali. Ada sedikit rasa malu yang timbul dalam dirinya. Dengan enaknya Jisoo menuduh Bogum seorang penipu. Jisoo harap Bogum tidak sakit hati dengan kalimat Jisoo.
"Mianhae, aku tidak mengenali suaramu," ucap Jisoo dengan nada bersalah. Jisoo takut Bogum tersinggung dengan tuduhannya.
"Gwenchana, itu wajar," Jisoo menghembuskan nafas lega setelah mendengar ucapan Bogum. Setidaknya ia tak menyakiti hati siapapun.
"Mau makan siang bersamaku?" tanya Bogum membuat Jisoo langsung membuka tabnya untuk memeriksa agendanya. Setelah memeriksa jadwalnya hari ini, akhirnya ia mengambil keputusan.
"Boleh, dimana?" tanpa Jisoo ketahui Bogum kini tersenyum lebar mendengar jawabannya.
"Restaurant didekat sini, aku akan menjemputmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Home?
FanfictionKim Lisa, perempuan berdarah bangsawan yang terpaksa kehilangan segalanya karena bakat yang ia miliki. Demi melindungi keluarganya, Lisa tumbuh menjadi manusia berhati dingin. Lisa rela melakukan apapun untuk mencapai tujuannya, bahkan dengan tumpah...