Hiks.. hiks.. hiks..
"Leva nakal! Hiks Leva ga sayang Aileen lagi!" Kata Aileen sambil menangis sesenggukan diatas kasurnya.
"Aileen hiks.. ditinggal pu-pulang, Aileen sen- hiks - sendirian"
"Leva ada masalah sama kamu?" Tanya mamanya berpura pura tidak tau.
"Leva jahat tau! Dia tadi hukum Aileen!"
"Menurut Aileen, leva hukum Aileen karena apa?"
"Karna... Aileen pukul pantat leva dua kali.. terus kata bunda Leva, Leva ga suka di atur, tapi Aileen tadi merintah Leva dua kali... Aileen juga bentak bentak Leva tadi.. Apa karna Aileen bilang ga mau ketemu Leva lagi ya?"
Aileen berbicara dengan nada sendu, ia menatap kosong kearah jendela luar. Belum ada 5 menit ditinggal saja sudah seperti ini, apalagi 5 tahun, mungkin Aileen akan menjadi pasien tetap salah satu dr. SpKJ Indonesia.
"Terus yang salah sekarang siapa?"
"Aileen... TAPI LEVA HUKUM AILEEN BANYAK BANYAK!"
"Terus Aileen sekarang mau apa?"
"Mau tidur!"
"Ya udah Mama keluar ya, Aileen tidur dulu, nanti minta maaf sama Leva"
"GA MAU! AILEEN MAUNYA DENGER LEVA MINTA MAAF"
"Inget inget coba, Aileen kalo buat salah sama Leva sebelumnya ada minta maaf ga? Kok bisa Leva sampe marah sama Aileen?"
"Nda ada.. malah Leva yang minta maaf.."
"Yah.. itu mah tanda tanda Leva udah mulai ga suka Aileen kata papa" papanya tiba tiba saja masuk sambil membawa secangkir teh di tangannya, lalu meminumnya dengan santai.
Sementara Aileen, jantungnya seperti berhenti berdetak, rasa takut mulai menghampirinya. Bagaimana jika ini memang benar benar pertanda Leva sudah tidak memiliki perasaan pada Aileen?
Apa Aileen terlalu berlebihan selama ini? Apa Leva selalu merasa terbebani karena Aileen? Bahkan Leva memberikannya kado dengan harga ratusan juta, sementara Aileen selalu memarahi Leva.
"GATAU! AILEEN MAU TIDUR!" Kata Aileen lalu merebahkan tubuhnya dan menutupi badannya dengan selimut.
Mama dan papa Aileen saling bertatapan lalu memilih untuk meninggalkan Aileen sendirian di kamarnya.
•───────•. ° ☾ .•───────•
HIKS! HIKS! HUEEEEE! HIKS!
Aileen berlari dari tangga menuju ruang tamu sambil menangis keras, hingga membuat mama dan papanya yang sedang menyiapkan makanan terkejut. Papa Aileen langsung mencuci tangannya dan menghampiri Aileen.
"Kenapa Aileen?! Masih pagi pagi buta gini kamu teriak teriak sambil nangis?!" Omel papanya sambil mengelap tangannya yang basah dengan tisu.
"Aileen- Aileen mimpi! HIKS! MIM- HUWAAAAAA MIMPI KALO HIKS LEVA LAGI KE BANDARA TINGGALIN AILEEN HIKS HIKS BAWA KOPER! HIKS TERUS - TERUS ADA COWO YANG LEBIH PENDEK DARI LEVA JUGA HIKS! TERUS - TERUS LEVA HIKS PELUK PELUK"
"Hah? Coba kamu tenang dulu Aileen" kata mamanya yang menusul tadi.
"Telfon!! Leva telfon! Aileen mau hug leva! Leva nda bole pergi! Hiks!" Aileen terus menangis dengan keras. Air mata keringat dan ingusnya tak ada hentinya untuk keluar.
Papa Aileen menghela nafas lalu mengambil HP-nya dan menekan tombol telepon pada nomber telpon Leva.
"Udah kamu diem dulu ini papamu masih nelfon" kata mama Aileen yang duduk di sebelahnya sambil menenangkan aileen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous
Ficção Adolescente"Lebih mending gue pura pura ga liat lo terus lanjut bareng dia, atau gue nyamperin lo?" "Ih! Samperin Aileen lah!! Ga boleh sama yang lain! Leva punya Aileen!" "Emang gue mau?" •───────•. ° ☾ .•───────• "Rasanya nyaman... Aman... Aileen suka d...