22. Lebam

1.3K 130 14
                                    

Leva langsung mencari keberadaan HP tanpa memperdulikan apa yang Aldric katakan. Ia mencari kontak Aileen di HPnya, dan menelponnya. Tapi tak ada jawaban. Aileen mematikan HPnya.

"Lo nelpon siapa sih anjing!" Bentak Aldric.

"Aileen lo hah?! Lo pingsan di gotong dari roftoop aja dia ga bantu! Dia ga ngikutin lo! Tolol ya lo! Jangan bilang yang mukulin lo Aileen?!"

Leva tak menjawab pertanyaan Aldric, pikirannya melayang entah kemana. Yang ia pikirkan bagaimana cara meminta maaf pada Aileen.

"Kalo beneran Aileen pelakunya gue cekik dia sampe mati. Lo liat aja"

Leva langsung duduk di tempatnya, setelah itu ia melihat kearah sekitar kamarnya untuk mencari kunci mobilnya.

Setelah mengetahui tempat kunci mobilnya. Leva langsung bangun mengambil kunci mobilnya lalu berjalan keluar kamarnya dengan tergesa gesa tanpa mendengarkan teriakan Aldric memanggil manggil namanya.

Leva mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, yang ia pikirkan sekarang, bagaimana cara menyelamatkan hubungan mereka, dan bagaimana caranya menjelaskan semua ini pada Aileen.

"Lo tolol"

"Lo brengsek"

"Ga ada otak"

"Lo goblok banget Leva"

Di dalam mobil Leva sibuk memaki maki dirinya sendiri sambil memukuli badannya sendiri dengan lumayan keras.

Sampai di rumah Aileen. Satpam yang berada di depan langsung membukakan pintu untuk Leva setelah melihat mobilnya.

Sepertinya orang rumah belum ia beritahu tentang ini, terbukti satpam tersebut masih menyapanya dengan ramah walaupun Leva tak membuka kaca mobilnya.

Leva memarkirkan mobilnya dengan asal di depan rumah Aileen. Setelah itu langsung berlari masuk ke dalam rumah Aileen.

Leva mengatur nafasnya yang berantakan karena berlari dari depan ke ruang tamu rumah Aileen. Setelah itu berkeliling mencari keberadaan keluarga Aileen. Tapi tak ada siapapun di sini.

Bibi, mama dan papa Aileen tak ada di lantai satu. Apa Aileen masih di rumah?

Leva berlari menuju kamar Aileen, dan langsung membuka pintu kamar Aileen dengan keras.

Aileen yang sedang duduk menatap jendela luar dengan tatapan kosongnya langsung terkejut hingga hampir berteriak.

Leva langsung mendekat ke arah Aileen dan berlutut di kaki Aileen tanpa mengatakan apapun. Tapi Aileen bisa merasakan ada air yang mengalir di kakinya.

Leva menangis. Untuk pertama kalinya di hadapan Aileen, leva menangis.

Aileen hanya diam sambil menatap Leva. Aileen juga tak mengatakan apapun padanya.

"Aileen, kamu mau denger penjelasanku dulu?" Tanya Leva sambil menahan isakannya.

"Cepet. Gue ga ada waktu buat lo"

"Awalnya memang, aku nerima taruhan Evans sama Diva. Tapi aku ga anggep itu serius, karna aku malah beneran suka sama kamu. Waktu sehari sebelum aku jemput Aldric ke bandara, aku bilang ada janji kan? Itu aku ketemuan sama Evans sama Diva aku mau batalin semua taruhan karena aku emang beneran sayang sama kamu, bukan karena taruhan. Tapi waktu itu, Evans sama Diva malah ngejebak aku lewat game dan buat aku mabuk. Tadi, aku mau bilang itu ke mereka, tapi kamu dateng duluan sebelum aku ngomong gitu" kata Leva masih dengan posisi berlutut di kaki Aileen.

"Udah? Udah ngarang indahnya?"

"Aileen, aku serius. Kamu bisa pukulin aku lagi, mau aku sampe masuk RS juga terserah. Aku salah, aku minta maaf"

"Gimana cara gue mukulin lo kalo lo masih sujut di kaki gue?"

Leva menegakkan badannya. Ia langsung bergerak mendekati Aileen yang masih duduk diatas kasurnya.

"Bagian mana lagi yang harus gue pukul kalo badan lo udah penuh lebam?"

"P-punggung, punggung aku masih bersih. I-ini tangan kiri aku maish bersih" kata Leva sambil menunjukkan bagian punggung dan tangan kirinya yang masih bersih dari luka lebam

Aileen sedikit terkejut melihat kondisi Leva saat ini. Bibir bagian kanannya sobek. Bagian dadanya yang tak tertutup baju terlihat ada banyak memar. Lengan kanannya juga terlihat memiliki memar.

"Gue akuin gue nampar lo sampe bibir lo robek. Tapi gue ga ada pukul lo disini. Dan di sini." Kata Aileen sambil menunjuk ke arah dada atas dan lengan kanan Leva.

Aileen benar benar ingat ia memukul Leva bukan di sana.

"Aku" jawab Leva singkat.

"Lo apa?"

"Aku yang mukul"

"Jadi lo mukulin diri sendiri?"

"Iya, aku tau aku salah aku minta maaf" lagi lagi Leva berlutut di kaki Aileen sambil menangis.

"Tolong.., tolong, tolong, kali inii aja percaya sama omonganku Aileen, aku bener bener ga ada niatan buat mainin kamu, aku juga ga serius nanggepin taruhan mereka"

Aileen menarik kedua kakinya yang menjadi tempat Leva bersujud. Setelah itu berjalan keluar kamar tanpa berkata apapun.

Leva yang terkejut tiba tiba Aileen menarik kedua kakinya, menatap kepergian Aileen dengan tatapan kosong dalam.

Ia menghela nafasnya dan menyenderkan kepalanya pada pinggiran kasur, masih dengan posisi duduk di lantai.

Leva menarik rambutnya sendiri dengan keras, wajahnya tak menunjukkan rasa sakit, tatapannya kosong.

"Stop. Diem."

Leva langsung menoleh ke arah pintu dan melepas jambakannya sendiri, menuruti perkataan Aileen.

Aileen masuk ke dalam kamarnya sambil membawa baskom besar berisi air es dan handuk kecil.

"Lo duduk di kursi. Cepet"

Leva tak membantah. Ia cepat cepat berjalan menuju kursi belajar yang berada di belakangnya dan duduk diam sambil melihat ke arah Aileen.

Aileen menaruh baskom tersebut diatas nakas yang berada di sebelah kasurnya, setelah itu menarik kursi belajarnya yang diduduki Leva hingga mendekat ke arah pinggir kasurnya, lalu itu Aileen duduk di pinggir kasur.

Aileen mulai membersihkan luka di pinggir bibir Leva, setelah itu mengoleskannya dengan obat.

Saking paniknya Leva hingga membuat otaknya tak bekerja, Leva mengira Aileen akan melemparkan baskom tersebut ke arahnya. Ia sudah sangat pasrah dan sudah menutup matanya.

Leva membuka matanya saat merasakan Aileen mengoleskan sesuatu pada ujung bibirnya. Tatapan mereka bertemu, tapi hanya sebentar saja, karena setelah itu Aileen melanjutkan kegiatannya. Aileen berjarak sangat dekat dengannya.

"Aileen"

"Hm" Aileen mengambil handuk kecil dan mulai mengompres lebam yang berada di pipi Leva.

"Aileen, aku minta maaf" Aileen tetap tak menjawab perkataannya.

"Aileen.." dengan sengaja Aileen menekan dengan keras wajah memarnya hingga Leva meringis pelan.

"Akkh! Sshhh" desis Leva karena lebamnya ditekan kuat oleh Aileen.

"Lo diem." Setelah itu Leva benar benar diam tak berkata apapun bahkan tak meringis saat Aileen menekan lebamnya dengan keras.

"Buka baju lo." Leva menaikkan sebelah alisnya sebagai pertanyaaan. Untuk apa ia harus membuka bajunya?

"Badan lo lebam semua" kata Aileen sambil memegang kompres di tangan kanannya.

"Gue bilang buka. baju. lo." Untung saja Leva menggunakan kaos dalam, tidak hanya menggunakan dalamannya saja.

Leva dengan cepat langsung membuka bajunya mendengar nada kesal milik Aileen.

"Giliran udah kaya gini lo nurut sama gue. Kalo ngga, gue yang di hukum terus" kata Aileen sambil sengaja menekan lebam yang ada di area dada Leva. Sementara Leva diam tak menjawab ataupun meringis.



MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang