"Leva" Aileen mendongakkan kepalanya menatap Leva yang sedang menyetir.
"Hm? Kenapa sayang?" Tanya leva sambil menatap singkat Aileen yang ada dipangkuannya.
"Leva sayang Aileen ga?"
"Kenapa sayang? Yang tadi aku beneran ga kenal, dia tiba tiba duduk pas aku lagi merhatiin kamu belanja"
"Bukan tentang yang tadi. Leva beneran sayang Aileen?"
"Iyaa sayaangg aku serius aku sayang sama kamu"
"Terus kenapa Leva ga mau jujur sama Aileen?"
"Jujur tentang apa? Aileen tanya aja langsung, aku bakal jawab"
"Bener? Kalo Aileen tanya tentang masalah pribadi Leva?" Leva terdiam sebentar lalu menghela nafas pelan.
"Aku bener bener sayang sama kamu Aileen, aku takut kalo kamu tau semuanya, kamu malah ngejauhin aku"
"Ngga! Kita jujur jujuran aja. Aileen bakal cerita masalah Aileen, Leva cerita masalah leva. Aileen juga sebenernya takut Leva ga terima Aileen karena masa lalu Aileen.." ucapnya dengan nada sedih.
"Nanti kita cerita cerita sampe di jepang gimana? Biar ceritanya ga kepotong. Sekarang kita jadi ke painting world?"
"Jadi!" Ekspresi Aileen langsung berubah drastis menjadi sangat senang.
Leva tersenyum kecil melihat ekspresi bahagia Aileen saat ini. Sepertinya Aileen benar benar suka diajak pergi ke sana, ia akan mengajaknya kesana lagi lain kali.
Bahkan Aileen tak tidur selama perjalanan walaupun memakan waktu 1 jam lamanya.
Aileen diam di pangkuan leva sambil sesekali menyanyikan lagu yang terputar di mobil Leva
Sampai di World Painting, Aileen langsung turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam World Painting tanpa menunggu Leva.
Leva tak masalah, karena ia bisa melihat Aileennya merasa sangat bahagia.
Aileen masuk seorang diri ke dalam World Painting mengikuti antrian pengecekan barang.
Kedalam sana mereka dilarang membawa peralatan lukis tambahan karena di dalam sudah disediakan, dilarang mmebawa makanan dan minuman serta benda tajam yang dapat merusak hasil dari lukisan lukisan yang terpajang di galeri.
Sementara Leva berdiri dengan jarak 4 orang di belakang Aileen. Leva memperhatikan kemana arah Aileen berlari agar ia tak tertinggal dan kehilangan Aileen nantinya.
Setelah Leva selesai melakukan pengecekan barang, ia langsung berlari kecil mendekati Aileen yang sedang memperhatikan lukisan lukisan yang terpajang di galeri tersebut.
Deret lukisan yang dimasuki Aileen adalah deretan lukisan yang memperlihatkan dan menunjukkan kesedihan dan trauma mendalam akan masa lalu.
Aileen memperhatikan lukisan lukisan tersebut dengan teliti, begitu juga dengan Leva. Mereka bisa merasakan kesedihan dari pelukis yang dituangkan dalam karya lukisan di depan mereka.
Aileen dan Leva berpindah dari lukisan satu ke lukisan lainnya dari patung satu ke patung lainnya, dari deretan lukisan yang menunjukkan kesedihan, kekosongan, bahkan kebahagiaan. Bahkan mereka sudah mengambil banyak foto di galeri Leva.
"Time to painting!" Kata Aileen dengan bahagia. Ia langsung berlari ke area melukis yang ada di belakang galeri, sementara Leva mengikuti Aileen dari belakang.
"Levaa! Leva mau pake teknik lukis mana nih?" Di dalam sana mereka hanya diberikan waktu satu jam untuk melukis abstrak apa yang mereka alami, perasaan apa yang mereka sedang rasakan saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous
Fiksi Remaja"Lebih mending gue pura pura ga liat lo terus lanjut bareng dia, atau gue nyamperin lo?" "Ih! Samperin Aileen lah!! Ga boleh sama yang lain! Leva punya Aileen!" "Emang gue mau?" •───────•. ° ☾ .•───────• "Rasanya nyaman... Aman... Aileen suka d...