20. Kecewa

1.3K 114 2
                                    

"maaf Aileen buat Leva kesusahan terus.." kata Aileen pelan, karena mengingat perkataan pedas Aldric sebelum sebelumnya.

Sepertinya Aldric masih tak terima kalau Aileen yang menjadi pacar Leva. Semua perkataan Aldric membuatnya sadar dan membuat hatinya semakin sesak.

"Hah? Kamu ngomong apa?" Tanya Leva. Angin yang keras beserta suara mesin motornya membuat suara Aileen tak terdengar di telinganya.

"Ga ada!" Setelah itu Leva tak merespon dan fokus pada jalan menuju sekolahnya.

Berita tentang hubungan mereka sudah tersebar kemana mana, bahkan guru guru juga tau tentang hubungan mereka. Tapi itu bukan masalah bagi mereka berdua..

Belva juga sepertinya sudah mengikhlaskan Aileen, karena Leva sudah tak lagi mendapatkan chat ancaman dari Belva.

Ya, selama ini Leva sering mendapatkan chat anonim dengan nomor yang berbeda setiap orang itu mengirimkan pesan pada Leva, yang menyuruh Leva untuk menjauhi Aileen, dan menyuruhnya untuk tidak menganggap chat tersebut sepele.

Tetapi leva tak pernah menanggapi pesan tersebut dan selalu hanya membacanya saja. Tentu saja Leva tau siapa pelakunya.

Siapa lagi kalau bukan Belva.

Sampai di sekolah, leva memarkirkan motornya lalu membuka helm yang ia gunakan. Setelah itu ia membantu Aileen untuk membuka helm yang digunakan Aileen tanpa berkata apapun.

"Leva lagi marah?" Tanya Aileen.

"Ngga, kenapa?" Tumben sekali Aileen menanyakan hal itu.

"Leva ga ngomong dari tadi.. Aileen kira Leva masih marah sama Aileen. Leva hukum lagi aja kalo Leva masih kesel" kata Aileen sambil menundukkan kepalanya dan memainkan batu yang ada di sebelah sepatunya.

"Engga kok, ayo sini, aku mau titipin helm dulu" Leva berjalan ke arah loker khusus penitipan helm yang berada di sekolahnya.

"Leva beneran ga marah? Aileen minta maaf.."

"Iya Aileennnn, Aileen kenapa? Ada yang ganggu Aileen?"

hiks... hiks...

"Eh eh kenapa nangis." Leva langsung panik saat melihat tiba tiba saja Aileen menangis di hadapannya. Untung saja sekolah masih sepi jam segini.

"Aileen selalu susahin Leva, Aileen kekanak kanakan, Aileen selalu nakal"

"Terus kenapa? Aku tanya, Aileen kenapa? Kenapa tiba tiba gini?" Leva menangkup wajah Aileen dan menghapus air mata Aileen dengan kedua ibu jarinya.

"Aileen susahin Leva terus ya? Aileen bakal usaha biar ga susahin Leva lagi, ga manja manja lagi"

"Engga sayang, aku suka sama sifat kamu, aku yang suka kamu duluan ya kan? Aku yang duluan deketin kamu, kamu ga harus berubah, dan aku ga mau kamu berubah" kata leva sambil menangkup wajah Aileen dan menatapnya tepat dimata Aileen.

Cup !

Leva mengecup dahi Aileen lalu menghapus air mata yang mengalir di pipi Aileen.

"Aileen mau jalan jalan dulu? Hari ini ga usah sekolah, kita jalan jalan, mau?" Aileen menggeleng lemah sebagai jawaban.

"WOI LEVA!" Panggil Evans dari jauh. Leva dan Aileen menoleh ke arah Evans. Leva menaikkan kedua alisnya untuk bertanya.

"Anjaayyy! Jadian nih. Pj dongg" kata Evans sambil menaik naikkan kedua alisnya.

"Iya nanti ada"

"Gimana lo sama Leva? Di cuekin gak?" Tanya Evans. Lagi lagi Aileen yang ditanya hanya menggeleng lemas. Ia masih mengingat perkataan Evans yang sebelumnya tentang Rave sementara sampai sekarang Leva belum menceritakan apapun padanya. Apa benar Leva menyayanginya?

"Lo kenapa lemes gitu dah? Abis diapain lo sama Leva?"

"Ga ada. Leva, Evans Aileen ke kelas duluan ya" kata Aileen lalu meninggalkan Leva dan Evans di tempat penitipan helm.

"Alien lo kenapa dah?" Leva berkacacak pinggang sambil melihat Aileen berjalan menjauh.

"Gue juga ga tau. Dia tiba tiba gitu"

"Lo ngapain emang kemaren sama dia?"

"Nanti gue cerita di kelas"

kata leva sambil berjalan menuju kelas dengan Evans yang berjalan di belakangnya.

Sampai di kelas, Leva langsung duduk di tempatnya lalu memutar kursinya menghadap belakang, ditempat Evans duduk.

"Tumben dateng pagi" kata Diva saat mereka baru memasuki kelas, Tapi Evans langsung memberikan kode pada Diva agar diam, lalu memanggil Diva agar mendekati mereka.

"2 hari yang lalu dia marah sama gue, kemarin Dia ketemu Aldric, dia beberapa kali di komen sama Aldric tengang dia yang sifatnya manja terus tadi dia bilang ga bakal nyusahin lagi sambil nangis nangis" leva bercerita dengan wajah serius.

"Dia sakit hati kali sama omongan Aldric" sahut Diva.

"Masa iya?" Tanya Leva.

"Btw lo menang taruhan anjing!" Kata Evans sambil menepuk keras pundak Leva.

"Iya nih, ga seru banget. Leva baru dikasi taruhan besoknya udah kena si Aileen. Mana motor XSR gue baru"

Brak!

Diva menaruh kunci motor XSRnya di depan Leva dengan keras.

"Untung taruhan gue cuma berhenti minum susu"

"Ya mana gue tau anjingggg gila banget Leva sehari doang bisa langsung dapet Aileen." Evans tertawa dnegan keras melihat wajah kesal Diva.

Sementara Leva menatap tak minat pada kunci motor pemberian Diva dengan pikiran yang masih terfokus pada Aileen.

Saat sedang tertawa, Evans tak sengaja melihat ke arah depan kelas. Tiba tiba Evans menghentikan tawanya dengan canggung.

Evans menepuk nepuk pundak Leva untuk membalikkan badan karena Leva duduk menghadap ke belakang.

"Aileen.." Bisik Evans.

Leva langsung membalikkan badannya dan melihat Aileennya yang sedang menangis tanpa suara sambil membawa kotak bekal, yang Leva yakin Aileen membuatkan itu untuknya.

Setelah bertatapan beberapa detik. Aileen langsung berlari keluar dari kelasnya.

BRAKK!

Aileen menutup pintu kelasnya dengan sangat keras. Leva dengan cepat langsung berlari mengejar Aileennya keluar kelas.

"AILEEN!" Panggil Leva sambil mengejar Aileen yang sedang berlari. Tetapi Aileen tak mendengarkannya dan tetap berlari

MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang