3. Nakal

2.7K 166 8
                                    

"Tapi gue udah 1 taun ga main na" kata Aileen sambil mengaduk minumannya.

Ya, Belva gagal merayu Aileen untuk masuk ke tim basket mereka. Jadilah Leva yang langsung berbicara pada Aileen, sekaligus untuk melancarkan rencananya. Bahkan Leva ingin membicarakannya di sebuah caffee elit yang berada di daerahnya.

"Lo bisa latihan. Gue yang ngelatih kalian, gue bakal selalu dateng tiap kalian latihan dan setiap kalian tanding" kata Leva meyaknkan Aileen.

"Ya tapi gue udah satu taun ga mainnnn" Aileen menghentakkan kakinya kesal karena alasannya tidak di terima sejak kemarin.

"Ya, tapi bakat lu ga mungkin ilang karna setahun ga main, lo cuma lupa. Yang lo perluin cuma latihan"

"Ya emang gue lupa makanya gue takut bikin timnya kalah"

"Ga masalah kalah menang, gue juga cuma mau liat kemampuan anggota gue seberapa jauh mereka bisa jalan tanpa gue"

"Ga mau." Kata Aileen sambil meminum minumannya lalu menunduk dan diam.

"Oke, gue bakal lakuin 1 permintaan lo kalo lo mau ikut tanding."

"Masa cuma satu siiii, dikit bangettt nanti kalo gue berubah pikiran gimanaa?" rengek Aileen, sepertinya Aileen benar benar sudah mulai masuk ke perangkap Leva karena dia berani merengek dan merajuk pada Leva yang sebelumnya tidak pernah dilakukan ke orang lain selain Belva.

"2?"

"3 ajaaaa. Yaa? iihhh siapa tau gue nanti perlu hal lain kannn"

"dua." Kata Leva tegas. Hal itu membuat Aileen mengerutkan bibirnya dan menendang nendang angin di bawah meja, yang menandakan Aileen sedang kesal.

"tigaa.." kata Aileen dengan nada manja.

"Oke, tapi lu harus tanding"

"Owkiieee" kata Aileen sambil membentuk lingkaran dengan jari telunjuk dan ibu jarinya yang menyatu, jangan lupakan gummy smile miliknya dan matanya yang menyipit karena tersenyum lebar, menambah kesan imut pada Aileen.

Levana sedikit tersenyum melihat kelakuan Aileen yang menurutnya lumayan imut.

"IH LO KALO SENYUM GANTENG NAA" Kata Aileen histeris dengan wajah syoknya, hingga beberapa pengunjung melihat kearah mereka. Dia juga mengedipkan mata beberapa kali sambil tetap menatap Leva.

"Jangan ribut Aileen." Tegur Leva.

"Hehehe tapi lo ganteng"

"Kalo gue ganteng, berarti lo... cantik?" Kata levana sambil menatap lekat Aileen dengan smirknya yang mematikan.

Dengan tatapan dan perkataan Leva tadi, membuat wajah Aileen memerah entah karena malu atau marah Leva tak tau, tapi wajahnya memerah dan langsung menunduk.

"Lo diem! Jangan ngomong! Jangan liat gue!" Kata Aileen sambil menunduk, masih dengan wajahnya yang memerah.

"Hahaha, oke gue diem" kata Leva sambil mengusak rambut Aileen.

"IH GUE BILANG DIEMM! HUAAAAA HIKS HUEEEE MAMAA" Tiba tiba saja Aileen menangis keras dengan wajahnya yang semakin memerah.

"Eh eh kenapa nangis Len, stt diem ya? nanti gue dikira ngapa ngapain lu" tanya Leva panik lalu memindahkan kursinya ke sebelah Aileen. Dan merangkul pundak Aileen.

Aileen langsung menarik Hoodie yang digunakan Leva untuk menutupi wajahnya dan bersembunyi di dada leva.

"Ma- hiks -lu, gue salting, so- hiks soalnya lo ganteng hiks" cicit Aileen dengan suara kecil yang hampir berbisik. Tapi untungnya Leva masih mendengarnya.

"Astaga gue kira kenapa, maaf ya?" Kata Leva sambil menepuk nepuk pelan kepala Aileen.

"Gue malu.. hiks mau keluar aja" kata Aileen semakin erat menggenggam Hoodie Leva untuk menutupi wajahnya.

"Mau kemana Aileen?" Tanya Leva dengan nada lembutnya.

"Gatau..." Jawab Aileen sesenggukan.

"Ke mobil gue aja ya? Lu kesini pake taxi kan? Gue anter pulang, rumah lu dimana?" kata Leva lalu Dengan mudah Leva menggendong Aileen ala koala yang mmebuat mereka menjadi pusat perhatian.

Digendong secara tiba tiba, Aileen langsung memeluk badan Leva dengan karena refleks. Tinggi badannya hanya 160cm, dibandingkan tinggi Leva, jika Leva tidak memegangnya dengan erat maka ia akan langsung jatuh kebawah.

"Di jalan Lotus Timur nomber 9"

Levana membuka pintu mobilnya dan mendudukkan Aileen di sebelah kursi stir. Setelah itu Levana masuk ke dalam mobilnya.

"Lu ga takut?" Tanya Leva membuka suara, melihat Aileen hanya memainkan ujung bajunya sambil menunduk.

"Takut apa?"

"Kepergok sama temen Belva kalo lo lagi jalan bareng gue? Bahkan tadi lo peluk gue."

"Udah putus." Cicit Aileen.

"Serius? Kapan?"

"Kemarin. Gue yang putusin dia, karena dia terlalu obses sama gue. Gue ga suka" kata Aileen

Bukanya kemarin Leva menyuruh Belva untuk merayu Aileen untuk masuk tim? Jadi Aileen memutuskan Belva saat itu juga? Malang sekali nasib Belva. Leva mengeluarkan smirknya taruhannya akan berjalan dengan sangat lancar.

"Levana harus tanggung jawab! Hump!" Kata Aileen sambil melipat kedua tangannya di depan dada dan melihat kearah luar jendela.

"Tanggung jawab apa? Kan lu ga hamil"

"Berarti harus nunggu gue hamil anak lo dulu baru mau tanggung jawab gitu!" Tanya Aileen dengan wajah kesalnya.

"Ya makanya ngomong yang jelas. Gue tanggung jawab apa?" Kata Leva dengan nada tegas, sedikit kesal karena tiba tiba saja mood Aileen berubah ubah seperti itu.

"Tadi lo baik baik sama gue, kok sekarang marah marah sih! Gue mau pake satu permintaan sekarang."

"Apa?"

"Lo harus baik sama gue. Kaya tadi di caffee. Ga mau tau"

"Baik? Maksudnya?"

"Harus lembut, harus perhatian, ga boleh marah marah, ga boleh galak galak." Kata Aileen sambil mengeluarkan jarinya satu persatu, menghitung sifat apa yang harus digunakan Leva.

"Gue ga suka di atur" kata Leva singkat lalu menghidupkan mobilnya dan memutar mobilnya. Setelah itu ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena masih terbawa emosi.

hiks!

hiks!

hump!

hiks!

Leva baru sadar, ternyata Aileen menggenggam ujung Hoodie yang ia gunakan dengan jari jari kecilnya, Leva tersenyum kecil. Ternyata Aileen takut dengan mobil kecepatan tinggi? Dengan sengaja Leva menginjak gasnya lebih keras.

Aileen langsung menarik narik Hoodie Leva dan menangis semakin keras ia juga menundukkan kepalanya dalam dalam.

"Lo takut?" Tanya Leva santai

"HUWAAAAAAAAA JANGAN GAS. GAS JANGAN. NGEBUT JANGAN. HIKKS!" Aileen terlihat sangat panik sambil memeluk lengannya erat. Jangan lupakan air mata dan ingus miliknya yang keluar berjatuhan.

"Janji dulu jangan nakal" kata Leva, karena kesal dengan Aileen yang mengaturnya bahkan Leva belum memulai apapun.

"IYAAAA, JANJI NDA! NDA NAKAL! AILEEN JANJI" Teriak Aileen histeris sambil menggeleng ribut di lengan Leva.

Leva yang merasa kasihan memelankan mobilnya dan menepikan mobil untuk melihat kondisi Aileen yang memperihatinkan.

Saat Leva memberhentikan mobilnya, Aileen langsung menjulurkan kedua tangannya dengan air mata yang masih menetes dan sesenggukan.

"Pe- peluk, hiks, gen- hiks -dong"

"Sini" kata Leva sambil menepuk pahanya, tidak lupa ia memundurkan kursinya agar Aileen bisa bebas duduk di pahanya.





MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang