58. dimaafin

1K 76 20
                                        

"Leva besok berangkat?" Tanya Aileen.

Leva sedang merebahkan dirinya diatas kasur sambil membaca salah satu buku yang Aileen tak tahu entah buku apa itu.

Sementara Aileen duduk di kursi yang biasanya digunakan Leva untuk belajar sambil mengayunkan kakinya.

"Gak" jawab Leva singkat.

"Leva ga ke Melbourne?"

"Katanya ga mau? Udah aku batalin"

"Semua? Sampe universitasnya?"

Mata Aileen menatap Leva dengan mata berbinar, Leva benar benar membatalkannya dengan mudah? Tanpa ada protes sedikitpun?

"Hm"

"Leva ga papa?"

"Apanya ga papa?"

"Itu... eumm... universitasnya"

"Gak juga"

Ini semua karna juga sebelumnya papa dan bundanya yang berubah pikiran, sebelumnya papanya memanggil Leva ke ruang kerja papa dan disana Leva diberikan wejangan panjang Lebar.

Dengan inti pembahasannya, Leva yang lebih baik berkuliah di sini sambil memulai bisnisnya. Papa dan bundanya tak mau Leva di sana hanya berkuliah saja.

Sementara jika disini Leva bisa kuliah sambil mempelajari pekerjaannya nantinya, dan rencananya papanya meminta Leva untuk membuat satu bisnis kecil karena tau Leva akan serius dengan Aileen.

Leva sebenarnya sudah ada niatan membatalkannya bahkan sebelum papanya memberikan wejangan, tapi ia hanya menunggu jawaban Aileen saja. Walaupun Aileen mengizinkannya, Leva tak akan pergi kesana.

"Leva serius?!" Aileen berdiri dari kursi tersebut dengan antusias.

"Iya Aileeenn" mendengar jawaban Leva, Aileen langsung berlari ke arah Leva dan melompat lalu memeluk badan Leva erat erat.

"Aileen sayang Leva.. Leva jangan tinggalin Aileen ya? Aileen minta maaf Aileen udah banyak salah sama Leva.. Aileen minta maaf hiks.."

Aileen mulai terisiak karena sejak tadi Leva tak mengatakan kalau ia memaafkan Aileen yang membuat Aileen menjadi gusar.

Leva menaruh bukunya diatas nakas dengan asal.

Cup!

"Udah udah jangan nangis" Leva mengecup kening Aileen lalu melingkarkan tangannya pada pinggang Aileen yang sedang merebahkan dirinya diatas tubuh Leva, sementara tangan kanannya ia gunakan mengelus lembut rambut Aileen.

"Hiks, Leva ga maafin Aileen dari tadi.. Aileen sedih.."

"Selesai nangisnya, muka kamu udah bengkak kebanyakan nangis Aileen.."

"Maafin.."

"Sttt, jangan nangis lagi"

"Maafin.."

"Iya sayang iyaa, dimaafin. Sekarang berhenti nangisnya. Muka kamu bengkak itu"

"Maaf.." cicit Aileen sambil menyembunyikan wajahnya dengan menelusupkan wajahnya pada perpotongan leher Leva.

"Kenapa?"

"Muka Aileen jadinya jelek.."

"Emang jelek" kata Leva sambil terkekeh.

Bukanya kata kata kesal yang Leva dapatkan, tapi malah ia merasa basah di lehernya karena Aileen kembali menangis.

"Eh astaga Aileennn sayaanggg" Leva memposisikan dirinya agar duduk bersandar pada kepala kasur, dan Aileen tetap dipangkuan Leva.

Leva menangkup wajah Aileen yang basah karena air matanya yang terus mengalir dengan wajah yang mulai membengkak terutama di sekitaran mata.

MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang