Aileen duduk di meja makan dengan makanan yang sudah tersedia diatas meja. Ia menunggu Leva untuk datang dan makan bersama.
Aileen memasak beberapa makanan sebagai permintaan maaf pada Leva yang sudah ia hukum.
Sejak tadi Aileen memasak di dapur sambil merenung dan berpikir apakah ia terlalu keras pada Leva.
Tapi pikirannya yang lain juga membantah karena Leva juga sering menghukumnya dengan pukul pantat dan sering menjahili Aileen.
Kedua opini itu terus bertengkar di kepalanya. Untung saja makanan Aileen tidak gosong tadi.
Walaupun hukumannya tidak melibatkan banyak kekerasan fisik seperti Leva yang memukul pantat Aileen hingga pantatnya terasa tebal tetap saja Aileen itu laki laki, tak seharusnya ia berkata dengan kasar seperti tadi.
Mungkin saja Leva akan sakit hati dan meninggalkannya.
Aileen duduk dengan tatapan kosong menatap makanannya. Leva tak kunjung datang sudah 15 menit Aileen menunggu.
Akhirnya ia memutuskan untuk naik ke kamar Leva lagi untuk mengecek kondisi Leva. Sebelumnya juga ia mengatakan kalau kakinya keram.
Di depan kamar Leva, Aileen mendengar Aldric yang terus bebricara ribut dengan nada paniknya.
"Oh lo pengebabnya?" Kata Aldric dengan sarkas. Aileen yang sedang berdiri di depan pintu langsung terdiam.
"Lo apain Leva?"
Ia terkejut melihat Leva yang meringkuk memunggungi dirinya sambil memukul kepal dan badannya sendiri.
"Lo yang bikin Leva kumat sampe kaya gini?!"
"Banci bajingan lo."
"Emang dari awal feeling gue udah ga enak Leva pacaran sama lo"
"Nyusahin. Morotin harta doang."
"Keluar dari rumah ini." Aldric terus berkata sinis sambil memegangi tangan Leva untuk mencegahnya agar tidak menyakiti diri sendiri.
"Leva, tenang dia udah ga ada Leva. Leva! Ini gue!" Kata Aldric ribut sambil mengangkup wajah Leva yang sedang menatap Aldric dengan tatapan kosong.
"Leva tenang, dia udah ga ada" kata Aldric terus menerus walaupun ia tak tau Leva mendengarnya atau tidak.
"Jangan pernah lo injekin kaki di rumah ini. Bunda papa susah susah keluarin banyak uang tenaga dan waktu biar kondisi Leva stabil, dan lo se enak jidat malah balikin trauma dia."
"Banci bajingan."
"KELUAR!"
Badan Aileen bergetar takut ia langsung berlari keluar dari rumah Leva tanpa mengatakan apapun sambil menahan tangisannya. Bahkan satpam yang memanggilnya pun tak ia dengar.
Aileen terus berlari hingga ia menemukan rumah kosong. Aileen duduk menyender pada tembok tersebut sambil menangis keras.
"Banci bajingan" lirih Aileen sambil memukul kepalanya pelan.
"Tolol. Seharusnya Aileen ga gitu ke Leva hiks."
"Leva benci Aileen sekarang? Berarti Bunda sama Papanya bakal marah besar juga, hiks"
"Aldric juga ga suka Aileen dari awal. Kalo Aileen disuruh putus gimana?" Aileen terus terisak sendirian di depan rumah kosong tersebut.
"Kak Aileen!" Aileen menoleh ke arah sumber suara.
"iii udah gede kok nangiss" Kata anak perempuan dengan rambut di kepang dua membawa permen lolipop ditangannya.
Dia nara. Anak kecil yang Aileen temukan di depan supermarket kemarin saat bersama Leva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous
Teen Fiction"Lebih mending gue pura pura ga liat lo terus lanjut bareng dia, atau gue nyamperin lo?" "Ih! Samperin Aileen lah!! Ga boleh sama yang lain! Leva punya Aileen!" "Emang gue mau?" •───────•. ° ☾ .•───────• "Rasanya nyaman... Aman... Aileen suka d...