5. Mantu?

1.7K 147 10
                                    

Levana terbangun karena merasa ada yang memainkan pipi dan rambutnya, dan ia sadar kalau ia sedang berada di kamar Aileen. Jadi ia hanya membuka sedikit matanya tetapi masih terlihat seperti sedang tidur agar tau apa yang Aileen akan lakukan padanya.

"Leva ganteng, leva baik, leva ga galak, tapi tadi leva buat traumaku kambuh, tapi leva peluk aku juga, uugh! aku bingung!"

Leva tak bisa menahan tawanya saat ini karena Aileen sedang mengomel tentang sifatnya hari ini pada Aileen sambil bersandar di dadanya, membuat pipinya yang tembam itu tertekan hingga mata Aileen menyipit.

Levana sedikit terkekeh mendengarnya membuat Aileen tiba tiba berhenti memainkan pipinya dengan wajah tegang lalu kembali menyembunyikan wajahnya pada dada Leva karena malu.

"Leva denger semuanya?" Cicit Aileen.

"Iya" jawab Leva santai, tapi malah pinggangnya di cubit keras oleh Aileen yang membuatnya sedikit meringis.

"Kenapa ga bangun sih! Malah pura pura tidur terus!"

"Aw aw, maaf, soalnya lucu jadi mau tau aja hahaha" Aileen yang mendengar itu menendang nendang angin untuk melepaskan rasa kesalnya sambil mencubit pinggang Leva.

"Aw aw aw sakit leen, maaf maaf ga lagi deh" Aileen tak menjawabnya tapi langsung bangun dari atas badan Leva dan bergerak ke ujung kasur dan merajuk. Kedua tangannya di lipat depan dada sambil melihat ke arah lain.

"Mandi dulu sana lo bau ingus. Jangan ngambek dulu, Hoodie gue juga penuh ingus ni jadinya"

"Jadi Leva ga ikhlas tanggung jawabnya tadi?!" Tanya Aileen dengan tatapan tajamnya menoleh ke arah Leva.

"Ikhlas kok, tapi kalo Hoodienya penuh ingus siapa yang ikhlas?" Kata leva sambil menunjukkan bekas ingus yang menempel pada Hoodie Leva.

"Hoodie murah gitu juga! Berapa sih harganya gue beliin lagi ni!" Kata Aileen dengan nada kesalnya. Tapi malah terlihat lucu bagi Leva.

"Ga ada harganya, karna ini Hoodie pemberian Almarhum mama gue" jawab Leva asal.

kalian percaya? Tentu saja Leva berbohong. Mamanya sudah di penjara sejak ia berusia 6 tahun. Hadiah? Tidak dipukul dan diberikan makan dalam sehari saja Leva sudah sujud syukur. Jadi Leva menganggapnya sudah tiada.

"aaa... Leva" Aileen merengek mendekati Leva dan menunduk meminta maaf.

"Gue gatau Na, please jangan marah, jangan hukum gue, hiks, nanti gue cuci, pake tangan, pake deterjen mahal yang waangiii" kata Aileen dengan mata yang sudah berkaca kaca.

" Ga mau, gue terlanjur sakit hati sama omongan lo, gue mau pergi" kata Leva sambil bersiap untuk berdiri dan keluar dari kamar Aileen.

"ENGGA! GA BOLE! SINI LEPAS HOODIENYA AILEEN CUCIII!" Teriak Aileen sambil menarik narik Hoodie Leva.

"Gue lepas sekarang?"

"IYA SINI BAWA! TAPI JANGAN PULANG!"

"Oke" Levana benar benar membuka bajunya di depan Aileen yang membuatnya agak panik. Tapi saat mengetahui kalau Leva menggunakan baju kaos tanpa lengan di dalamnya Aileen merasa lega. Bagaimanapun dia seorang laki laki dan Leva perempuan.

Tapi sekarang ada yang membuat Aileen kaget, yaitu otot otot lengan dan perut Leva yang tercetak jelas. Leva benat benar terlihat keren sekarang.

Leva memberikan Hoodie yang ia gunakan pada Aileen sementara Aileen menerimanya dengan tangan yang sedikit gemetar tanpa memutuskan pandangan pada badan Leva.

"Selain cengeng ternyata lo cabul" kata kata Leva benar benar membuat kesadaran Aileen kembali.

"Lo diem! Jangan komen! Jangan pergi! Awas kalo pergi gue cubitin sampe biru biru badan lo semuanya!" Ancam Aileen. Setelah itu Aileen pergi ke kamar mandi di dalam kamarnya.

MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang