Walaupun Taeyong, Xiaojun, Mark terlahir dari satu orang yang sama, satu pabrikan. Tetap aja keduanya memiliki perbedaan. Entah ketika masih bujangan, atau macam sekarang sudah menjadi bapack-bapack.
Percaya deh, disaat anak-anak dari Taeyong dan Mark sangat mengagumi Xiaojun. Tetapi enggak dengan kedua anaknya sendiri.
Taeyong itu sama aja macam Mark. Mungkin mirip seperti para 'Ayah' diluaran sana yang jarang ikut ambil bagian untuk urusan pendidikan anak-anaknya.
Ambil contoh mudahnya. Para 'Ayah' ini jarang ada yang mau datang ke sekolahan anaknya. Kalau enggak dipaksa sama istri.
Atau contoh lainnya. Tanda tangan di rapot, tanda tangan siapa yang paling banyak?
Bapak atau emak?
Nah, Taeyong – Mark, masuk ke dalam kategori tersebut. Mereka berdua datang ke sekolahan, itu sudah macam ada keajaiban datang untuk anak-anaknya.
Reine – Bara, dia masih mendingan karena Taeyong kadang kala suka datang ke sekolah.
Sean? Dia malah enggak pernah berharap terlalu banyak kepada bapaknya.
Kadang kala, Reine, Bara, Sean, iri. Kenapa bapak mereka bukan Xiaojun aja?
Padahal apa? Mainaka – Mehru, sebagai anaknya, biasa aja!
Mainaka dengan Mehru duduk tenang menunggu kedatangan Xiaojun. Semalam sosok ayah mereka itu berjanji akan datang untuk menghadiri rapat sebagai wali dari anak-anak kelas 3 menengah pertama.
Rapat di mana akan membahas tentang jenjang lebih lanjut dari anaknya bagaimana. Ya, rapat formalitas aja sebenarnya.
"Abang udah isi formulir yang kemarin dikasih belum?" tegur Mehru.
Mainaka dengan senyuman polosnya hanya menggelengkan kepala.
"Kebiasaan! Di isi dulu, nanti kalau hilang gimana?"
"Tinggal minta lagi sama waki kelas. Jangan ambil pusing."
"Dasar anak Dydy."
"Kamu ya yang anak 'Papih', kenapa jadi Abang?" sanggah Mainaka.
"Karena tingkah laku kalian sama!"
"Ya ampun, Adek. Nanti juga ditulis, sekalian sama Adek juga belum diisi kan?"
Mehru menatap tajam pada sang kakak. Membuka tas yang masih bertengger di belakang bahunya. Tangan kirinya mengobrak abrik isi yang ada di dalam, sampai mengeluarkan satu kertas yang masih rapih. Tertera di dalamnya biodata lengkap dan tentang informasi lainnya.
Kertas yang baru saja mereka bahas untuk segera Mainaka isi.
Mehru tahu, hapal di luar kepala tingkah laku dari kembarannya itu. Mainaka mana bisa cepat-cepat mengisi hal begituan, disaat ada Mehru yang selalu bisa dia andalkan.
Ya memang, tanpa Mainaka minta pun, Mehru akan dengan senang hati secara sukarela untuk menulis formulir tersebut. Isinya sama, tujuannya sama, hanya berbeda nama semata.
Selalu sama seperti itu dari dahulu, sampai detik ini.
"Nah, terima kasih banyak kesayangannya Abang selain Mamih," puji Mainaka sambil mencubit kedua pipi Mehru.
"Abang sakit!"
Baru setelah mendapatkan teguran tersebut Mainaka melepaskan cubitannya. Mengganti hal menyakitkan itu dengan mengelus kedua pipi Mehru lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT Husband Series 💚 Xiaojun 💚
FanficGimana kalau kamu itu menjadi pelabuhan terakhir untuk seorang Xiaojun? Menjadi suamimu serta menjadi ayah dari anak-anakmu kelak nanti. Ini cerita tentang kamu dan suamimu Xiaojun. Cerita dari awal bagaimana kalian bertemu dan akhirnya saling jatu...