"Gak ada niatan buat nyari pacar lagi mon ?"
"Nggak!"
"Ck, gamon kamu ?"
"Nyambungnya dimana sih de, tiba-tiba ngomongin pacar"
"Ya habisnya, aku denger-denger kemarin pulang malem niatnya mau langsung pulang ternyata pergi berdua ke supermarket"
"Gak sengaja ketemu"
"Sengaja juga nggak papa loh mon, cinta kan bisa karena yang nggak sengaja-nggak sengaja kaya gitu awalnya"
"Udah deh,"
"Ngomong-ngomong beneran gak bisa move on dari akbar kamu ?"
Mona menghela nafas, menghentikan aktivitasnya sejenak kemudian melirik ke arah dea yang kini sedang dalam mode ke-kepo-an yang cukup tinggi.
"aku cuma muak aja sama laki-laki, sama janji laki-laki sama cinta laki-laki duh apa sih fatamorgana tau nggak!"
"Jangan ngomong gitu dong mon, kamu cuma belum dapet yang pas aja kok"
"Halah halah"
"Dibilangin malah halah halah"
"Dah ah stop, siang siang gausah ngomongin itu, bikin gerah aja"
"Gerah karena pembahasan apa gerah karena ada yang nebeng ni?"
"Tau dari mana?"
"Tu"
Mona memutar bola matanya malas, sedangkan arga yang mendapatkan lirikan dari mona hanya menyengir sembari mengulurkan dua jarinya membentuk simbol damai.
"Kebetulan ketemu aja di supermarket"
"Supermarket apa supermarket ?" Dea menyenggol lengan mona yang sedang asik memilah berkas yang tadi disodorkan oleh bagian rekamedis saat dirinya baru datang ke rumah sakit.
"Lagian dia kan perginya sama dokter meta de, coba tanya aja sama dokter meta deh"
Mona menutup lembaran kertas yang ada dihadapannya hendak mengenakan sneli putihnya karena hari ini adalah jadwal mona visit ke ruang rawat pasiennya.
"Dokter meta ?" Dahi dea berkerut sempurna sedangkan arga sedikit bergeser mendekat untuk memperjelas pendengarannya.
"Hem, line pemuja dokter ares kali"
"Dihhh. Line pemuja, dapet darimana kata-kata itu mon ?"
"Ya emangnya apa lagi selain itu, katanya banyak yang jadi korban. Iya kan ga?"
Mona sengaja memperjelas kalimatnya agar arga mudah mendengarnya dan tak perlu mengendap-endap untuk mencuri dengar.
Sedangkan arga hanya menyengir menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Yaudah, gue visit dulu. Bye"
"Aku, mona! Bukan gue."
"Iya, aku!" Mona menutup pintu ruang khusus dokter itu dengan sedikit keras membuat dua orang yang ada didalam ruangan geleng-geleng kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear tomorrow
FanfictionMona tiba-tiba saja ditugaskan untuk membantu salah satu rumah sakit milik universitas terkemuka di jogja karena rumah sakit itu baru saja kehilangan dokter bedah terbaiknya. Ia tak pernah mengira jika tugasnya kali ini membuatnya bertemu dengan sos...