Dear 13

13.5K 823 3
                                    

Tu laki kamu kenapa muka suntuk bener dari kemarin ?" Tanya ibu hamil itu kepada mona yang sedang merapikan copy rekamedis beberapa pasien yang baru saja selesai berkonsultasi dengannya.

Mona menedihkan bahunya, tak mau ambil pusing mona berfikir semuanya baik-baik saja. Malam itu sepertinya keduanga hanya sama - sama lelah saja.

"Nggak dikasih jatah ya dok"

"Sembarangan" mona langsung menyaut saat arga tiba-tiba nimbrung di dalam percakapan kedua dokter perempuan itu.

"Ya maksudnya jatah jalan-jalan, jatah masakah dan jatah-jatah yang lain. Iya kan dokter dea"

"Terserah kamu aja lah ga"

Arga mengerucutkan bibirnya kemudian keluar dari ruangan yang hanya di huni oleh dua anak koas termasuk dirinya bersama mona dan dea.

"Coba ceritain kenapa ? Aku tau kamu cuma gak mau cerita karena tadi ada arga kan ?"

Mona menghela nafasnya, menyingkirkan berkas medis itu kemudian meletakkan kepalanya di atas meja kerja menatap dea yang sudah duduk di sampingnya.

"Mas dewa ngajaki gue nikah de"

"Aku, mona!"

"Iya ,aku!" Mona menelungkupkan kepalanya sedikit menjedotkannya di meja tempatnya bekerja, masih saja sahabatnya itu harus mengoreksi kalimat yang ia ucapkan

"Sebentar deh, kenapa se frustasi itu kalau dokter dewa ngajakin kamu kawin ?"

"Nikah dea!"

"Iya nikah maksud ku,belum yakin ?"

"Kalau aku gak yakin sama seseorang ngga mungkin aku mau nerima dia dee,"

"Iya sih, kamu kan super pemilih"

"Ya harus dong, namanya juga buat masa depan"

"Kalau alasannya itu bisa di terima mon, tapi kalau alasannya karena gamon baru nggak bisa di terima

"Sebenernya apa sih yang membuat kalian bilang aku gamon ? Apa cuma gara-gara aku gak punya pacar terus di katain gamon ?"

"Ya habisnya. Hampir tiga tahun lo mon kamu enggak pacaran, dan itu bukan kamu banget"

"Males banget aku trial and eror lagi de, aku kan udah bukan anak sma yang bisa kesana sini modal tampang"

"Dih, sadar banget kalo cakep"

"Iyalah" mona kembali meletakkan kepalanya seperti semua menatap dea yang juga sedang menatapnya serius.

"Kenapa ?"

Mona menggeleng lemah, tak tau harus menjawab apa atas pertanyaan yang dea lontarkan kepadanya.

" kata-kata doker ares pasti masih terngiang-ngiang di kepala kamu ?"

Mona mengangguk, mengiyakan.

"Gini deh mon, apapun itu kan hati kita yang memilih, feeling kita gimana perilaku pasangan kita selama bersama seperti apa. Dan aku selalu liat dokter dewa manis banget kalau sama kamu, dan sejauh ini juga aku ngga pernah tu liat dokter dewa yang kaku, dia juga selalu ngalah pas kalian berantem kan ?"

Mona kembali mengangguk , mengiyakan

"Terus kenapa nggak mau nyoba ketemu sama keluarganya dulu, siapa tau keluarganya baik dan kamu cocok. Susah lo nemu keluarga yang cocok sama mantu perempuan itu mon"

Kali ini mona menganggukan kepalanya, setuju.

Baiklah sepertinya mona harus memikirkan lagi tentang pendapat dea mengenai hubungan mereka.

Dear tomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang