Dear 26

13K 711 7
                                    

"Hey, kenapa malah ngelamun? Kamu mikir apa , mon?" Ares menegur mona, membuat mona tergagap dan tersenyum masam.

"Kalau kasian nggak kaya gini caranya deh mas, jangan suka bercanda kaya gini. Aku nggak suka"

"Mona..."

"Mas ares pasti capek tadi perjalanan jauh, istirahat gih mas. Aku duluan ya"

Mona berdiri dari tempatnya duduk kemudian melangkah pergi begitu saja meninggalkan ares yang masih diam tak juga menahan kepergian mona.

Ares adalah laki-laki dewasa maka dia juga harus berfikir bijak, mungkin saat ini mona merasa terkejut karena surprise dari ares memang sangat tidak masuk akal.

Bagaimana bisa dia yang mengatakan kepada mona datang untuk menjemput kepulangan mona dan zifa tiba-tiba melamarnya tanpa pemberitahuan apapun.

Boro-boro pemberitauan, punya hubungan spesial saja mereka tidak ada. Apalagi lamaran romantis dengan benda berkilau kesukaan kaum hawa.

Nah, tentu saja mona akan menolak. Ares benar-benar harus legowo kali ini.

Ares juga harus memikirkan cara lain untuk berkomunikasi dengan mona agar tidak terkesan seolah memanfaatkan keadaan mona dan bermain-main dengan niatnya.

Ares menghela nafasnya pasrah, benar kata mona. Sepertinya ares kelelahan karena sebelum kemari ares memang harus menyelesaikan dua cito dan satu operasi besar.
Tidak mudah, itu sangat melelahkan bahkan untuk dokter muda seumurannya.

Ares bahkan tidak istirahat sama sekali demi secepat mungkin bertemu dengan mona dan memberitaukan niat baiknya.

Ternyata ares salah, mona malah mengira niatnya hanya main main saja.

Ares meninggalkan ruang tengah dengan begitu hampa, menatap pintu tertutup kamar mona sejenak kemudian berlalu menuju kamarnya sendiri untuk beristirahat. Ares benar-benar perlu berfikir jernih kali ini.

.

Berbeda dengan ares yang merasa harus legowo, kini plot berpindah ke sisi mona, dokter muda itu hanya bisa tertawa sumbang dibalik pintu kamar yang baru saja di tutupnya.

Bagaimana bisa ares begitu percaya diri? Memangnya siapa dia bisi-bisanya mona di kasihani begini.

Seumur-umur mona tidak pernah bisa menerima orang lain melakukan kebaikan padanya hanya karena kasihan melihat keadaannya.

Bukannya bahagia, pikiran mona malah berkelanan kemana-mana. Bagaimana jika bayangan kegagalan yang pernah ia rasakan dan baru akan dia rasakan bersama dua orang yang berbeda itu akan terulang kembali.

Lalu bagaimana dengan hubungannya bersama dewa yang belum selesai itu ? Apa ares tidak mempertimbangkannya ? Atau ares hanya ingin membalas dendam kepada dewa karena dulu dewa seolah merebut sylvia dari ares ?

Oh ya tuhan rasanya dada mona sangat sesak. Mona hanya merasa dia adalah episode kedua dari pertarungan antara ares dan dewa setelah sylvia.

Sepertinya mona perlu menjernihkan pikirannya. Mona bergegas mengganti baju tidurnya dengan stelan kasual berupa celana jeans panjang dan baju rajut tebal karena memang malam ini cukup dingin di luar sana.

"Halo na, temenin gue bentaran yuk. Lo siap-siap gue jemput di apartemen"

Tanpa menunggu jawaban dari nana, mona menutup panggilan telvonnya itu secara sepihak.

Saat ini mona cuma butuh teman untuk menjernihkan isi kepalanya saja, jika ada dea dekatnya mungkin mona akan menghubungi dea. Mona hanya tidak ingin menambahi pikiran ibu hamil itu agar tidak ikut uring-uringan seperti dirinya sekarang.

Dear tomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang