Dear 47

13.5K 706 35
                                    

"nggak pulang res"

"Bentaran"

"Gantian aku yang nunggu, optimis aja ren gak akan masuk icu. Vital semua bagus tinggal nunggu sadar aja kan?"

"Aku cuma tanggung jawab sebagai dokter aja" Jawab ares tak acuh

Kaget. Satu kata yang bisa peter ucapkan. Jujur, peter belum pernah melihat ares se tak acuh itu kepadanya. Biasanya sesulit apapun pasien yang ares tangani ares tidak akan sampai se suntuk ini dan mengabaikan temannya.

Peter menghela nafasnya, melirik ares yang sedari tadi merem melek di ruang istirahat.

Sebenarnya peter sudah mendengar kabar jika ren mengalami kecelakaan. selain ares, renatha adalah teman satu kampus peter saat menempuh pendidikan kedokteran.

Jadi bisa dibilang ketiganya cukup dekat.

Bukan peter tidak perduli dengan sejawatnya itu, akan tetapi selain tidak memiliki kewajiban untuk membantu pertolongan pertama, peter juga sedang memiliki bayi yang harus ia jaga. Maka ia memutuskan untuk menjenguk ren saat jam kerja saja.

Kebetulan dia ada poli pagi ini, jadi sebelum poli dia menyempatkan diri untuk menjenguk sejawatnya itu. meskipun hanya bisa melihat dari luar ruangan saja

Berbeda dengan ares yang memang on call saat renatha membutuhkannya. Selain dia tidak memiliki tanggungan keluarga seperti peter, ares juga merupakan spesialis bedah syaraf yang dibutuhkan ren saat itu.

"Mona belum keliatan res ?" Tanya peter memancing.

"Mungkin nanti, dia ada poli siang"
Peter mengangguk, "udah coba hubungi mona ?"

"Udah, belum dijawab. Mungkin masih tidur"

Ya. Hanya peterlah yang tau kalau mona dan ares memiliki hubungan spesial. Selain itu peter jugalah yang menjadi saksi usaha keras ares untuk mendapatkan hati mona.

"Oh," jawab peter mencoba mencari pancingan lain. "Kirain udah dateng, tadi pagi kok udah enggak keliatan mobilnya"

Mendengar jawaban peter yang sebenarnya sudah ares nanti dengan hati yang tak tenang, Sontak mata ares terbuka lebar.

Tadinya ares mencoba untuk berfikir positif, mona pasti memahami keadaannya. Dia juga seorang dokter, lagipula ares pagi-pagi tadi sudah menghubungi mona untuk memberi kabar jika ia semalam tidak sempat memberi kabar dan meminta maaf karena tidak mengantarkannya pulang karena ada cito dadakan yang tak lain adalah sejawat mereka sendiri.

"Semalam, kayaknya mas dewa ke rumah mona." Peter melirik ares, untuk memastikan reaksinya namun ares hanya diam, peter tau jika sebenarnya ares menunggu kelanjutan informasi darinya.

".. kalau tanya kenapa aku bisa tau, karena semalam mas dewa mampir ke rumah"

Tidak cuma tidak tenang, sekarang jantung ares seperti ditabuh genderang yang begitu keras hingga terlalu bising untuk didengarkan.

"Mona sakit" lanjut peter, "semalam dibawa ke rumah sakit karena dehidrasi. Dan di rumah sakit ini"

Peter kembali melirik ares untuk melihat reaksinya tapi sejawatnya itu hanya diam membisu entah apa yang ia pikirkan.

"Mas dewa yang bawa ke rumah sakit, dan aku dapet info dari agnes kalau sekarang dokter adiguna juga ada di ruangan mona sama mas dewa" akhirnya peter menyelesaikan kalimatnya yang panjang.

Bukannya peter ingin mencampuri urusan ares, tapi sepertinya peter benar -benar harus menyampaikan hal ini kepada sahabatnya itu.

Apalagi dewa adalah sepupu jauh peter, dia hanya tidak ingin terjadi kekacauan diantara saudara dan sejawatnya itu untuk yang kedua kalinya.

Dear tomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang