Mona menatap perutnya yang mulai membuncit di depan cermin , hari ini tepat empat bulan mona mengandung darah daging arester.
Acara syukuran empat bulan akan diadakan di jakarta karena mona terpaksa harus stay di jakarta sejak awal kehamilannya karena dokter menyarankan agar mona menunggu untuk beraktifitas kembali setelah janinnya benar-benar kuat.
Beruntung morning sick yang mona alami hanya bertahan tiga bulan saja, tubuh mona sudah mulai terbiasa dengan kehadiran sang jabang bayi.
Mona sudah mulai bisa beraktifitas kembali meskipun kadang-kadang ia merasa mual karena hal - hal tertentu.
Oh ya, ibu hamil ini terlalu sensitif dengan bau minyak wangi. Dan menggilai bau masakan, apapun itu asalkan bau rempah yang di goreng mona sangat suka.
Jadi hobinya sekarang selama tinggal di jakarta adalah membantu bude untuk memasak.
"Mbak mona, dari tadi hp nya bunyi lo. Tadi bude baca kontaknya kayaknya mas ares yang nelvon" ya soalnya nama di kontak mona hanya bertuliskan mas tanpa embel-embel nama jadi bude hanya sekedar menebak-nebak saja.
Mona menurunkan kembali baju hamilnya kemudian bergegas keluar dari kamar ganti untuk memastikan siapa yang menelvonnya.
"Halo," mona mengangkat panggilan telvon itu.
"Asalamualaikum"
"Waalaikum salam" jawab mona
"Udah makan sayang ? Jam berapa cek kandungannya?" Itu suara ares.
"Iya, udah. Nanti sore baru kesana"
"Nanti tunggu mas dulu deh ya, mas sampai jakarta jam tiga an. Keburu kan ?" Tanyanya.
"Keburu sih, tapi kenapa kok balik lagi ? Nggak capek apa"
"Enggak, mas kangen sama kamu"
"Halah, bisaan"
"Loh, beneran ini. Udah gak kuat lagi"
"Gombal" jawab mona membuat ares terkekeh.
"Yasudah mas tutup dulu ya, deketin dulu hp nya di perut. Mas mau ngomong sama adek"
Mona memutar bola matanya malas, ini adalah kebiasaan ares selama kehamilan mona, pulang pergi jakarta jogja dalam satu minggu bisa tiga kali, setiap saat mengirimi mona pesan mulai dari bangun tidur sampai mona mau tidur lagi, dan ini yang paling aneh menurut mona. Setiap kali melakukan panggilan telvon atau video call, ares selalu menyuruhnya menempelkan ponsel di depan perut buncitnya dan ber akhir ares yang selalu mengoceh sendirian seperti anak yang ada didalam kandungan mona menanggapi apa yang bapaknya itu katakan.
Kaget ? Ya jelas kaget. Gimana enggak, seorang ares yang super cool, pujaan para wanita dan kadang juga pria karena mereka merasa kalah saing dengan paras menawan ares. Kini menjadi sosok calon ayah yang protektif terhadap istri dan calon bayinya.
Dunia ares seolah telah berubah. Hanya ada mona dan calon bayi mereka.
Lalu zifa ? Ares dan mona akhirnya hanya bisa menjadi orang tua asuh anak itu, karena zifa ingin tinggal di lampung bersama neneknya. Ares dan mona hanya pasrah, sudah banyak cara mereka lakukan agar zifa mau tinggal bersama mereka.
Nyatanya gadis cilik itu lebih memilih tinggal di lampung bersama neneknya.
Meskipun zifa ada di lampung, semua keperluan anak itu ares yang tanggung. Termasuk menyediakan pengasuh sekaligus asisten rumah tangga untuk membantu keperluan zifa di lampung. Sehingga neneknya tidak kerepotan dengan kehadiran zifa disana.
"Udah nempel ini, buruan ih mas. Aku mau mandi" ucap mona setelah menempelkan hp nya di depan perutnya dan me loudspeaker suaranya.
"Halo adek asalamualaikum," ares menjeda kalimatnya, seolah jabang bayi itu bisa menjawab salamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear tomorrow
Fiksi PenggemarMona tiba-tiba saja ditugaskan untuk membantu salah satu rumah sakit milik universitas terkemuka di jogja karena rumah sakit itu baru saja kehilangan dokter bedah terbaiknya. Ia tak pernah mengira jika tugasnya kali ini membuatnya bertemu dengan sos...