"Oke, lanjutkan ya" perintah mona lalu melangkah mundur meninggalkan ruang operasi, membiarkan as-op melanjutkan pekerjaannya.
Mona keluar sembari membuang handscoonnya yang berlumuran darah kemudian mencuci tangan di wastafel, wajahnya tampak kuyu, mona tersenyum miris jika mengingat tragedi kemarin malam yang hampir merenggut nyawa zifa.
Malam semakin larut, mona yang masih berkutat dengan beberapa rekamedis pasien rawat inapnya terlihat tidak begitu memperdulikan rasa lelahnya dia hanya berfikir malam ini semua harus selesai sembari menunggu jadwal visitnya ke ruang vvip milik gadis cilik itu.
"Mon"
"Eh mas, kok belum pulang sih katanya tadi mau pulang duluan"
Dewa tersenyum mengangkat barang bawaannya kemudian masuk ke ruangan mona.
"Makan dulu, jangan kecapean nanti sakit"
Mona mengangguk kemudian menerima dua box makanan yang dewa bawakan untuknya
"Baunya enak mas, jadi laper aku"
"Cuci tangan dulu, sini biar mas yang siapin"
Dewa menyiapkan dua box makanan itu diatas meja sofa yang berada di ruangan mona kemudian menuangkan dua gelas air putih di gelas yang selalu mona siapkan di ruangannya
"Sini" dewa menepuk sofa di sebelahnya agar mona duduk bersebelahan dengannya.
"Mas beli dimana ini tadi"
"Deket bunderan ugm semoga kamu suka, mas juga baru pertama beli disana soalnya sekalian jalan pulang"
"Makan ya mas" mona menyuapkan sendok pertamanya dengan lahap membuat dewa menatapnya penuh kelegaan.
Sekilas perasaan kalutnya sedikit memudar.
Sebenarnya tadi dewa ingin mengajak mona berbicara serius, tapi karena mona kelihatan kuyu karena kecapean akhirnya dewa memutuskan untuk mengundur keinginannya itu.
Melihat mona makan dengan begitu bersemangat saja sudah membuat hatinya menghangat apalagi jika hal ini dilakukan mereka setiap hari pasti kekosongan hati yang selama empat tahun ini akan segera tertutup kembali.
"Mas kok ngeliatin aja sih ? Jangan sampe mas sadar duluan kalau aku habis cito kaya gini jadi gak menarik ya, nanti aku ditinggalin nikah sama yang lain lagi"
"Mulai"
Dewa mengusap lembut pucuk kepala mona dengan sayang, rasanya dewa sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya pernah mona alami tapi sepertinya dewa harus menahan rasa penasarannya itu lebih lama, lagipula hubungan mereka baru berjalan beberapa bulan belum saatnya semua masa lalu mereka terbuka lebar satu sama lain.
"Lanjutin sayang"
Mona kembali menganggukan kepalanya patuh dan kembali fokus dengan nasi padang yang ada dihadapannya
***
Entah kenapa beberapa hari ini cuaca jogja benar-benar sangat panas, membuat mona sering ngedumel tidak jelas.
Pagi ini mona harus memacu semangatnya untuk datang ke rumah sakit karena memiliki jadwal konsultasi yang berbeda dari biasanya.
Jika biasanya jam prakteknya dimulai pukul enam sore sampai pukul delapan malam maka kali ini jam praktem mona dialihkan mulai pukul sembilan dan berakhir pukul dua belas siang atau sesuai lama konsultasi masing- masing pasien.
Sebenarnya mona sangat malas mengubah jadwal prakteknya, tapi mau bagaimana lagi aturan tetaplah aturan jadi mona hanya menurut saja.
Mona memarkirkan minicoopernya di halaman parkir rumah sakit kemudian melangkah masuk bersamaan dengan datangnya seorang dokter wanita yang tanpa sepatah katapun melewati mona begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear tomorrow
FanficMona tiba-tiba saja ditugaskan untuk membantu salah satu rumah sakit milik universitas terkemuka di jogja karena rumah sakit itu baru saja kehilangan dokter bedah terbaiknya. Ia tak pernah mengira jika tugasnya kali ini membuatnya bertemu dengan sos...