epilog

31.1K 981 28
                                    

"Eros sini, dengerin mama nggak!"

Eros satria dwipangga, anak laki-laki berusia lima tahun yang super lincah, pandai membantah dan seperti kulkas dua pintu itu baru saja menghajar teman sekolahnya karena menganggunya yang sedang asik merakit lego ketika mereka berada di sekolahan.

Ya, eros sudah memasuki usia masa sekolah. Anak itu pandai dalam segala hal, menurut gurunya. Tapi tidak menurut mona, ibunya.

Rasa-rasanya kepala mona ingin pecah jika lagi-lagi mona harus menggantikan ares datang ke sekolah karena di panggil oleh guru anaknya ke sekolah.

Belum juga satu bulan lalu eros berkelahi dengan teman laki-lakinya karena menganggu teman perempuannya.

Sekarang anak itu sudah kembali menghajar temannya hingga tangannya patah karena menganggu konsentrasinya menyusun lego.

Entah apa yang sering ares tanamkan di otak kecil anaknya itu, hingga eros selalu saja berkelahi di sekolahannya.

"Maafin eros ma"

"Eros dengerin mama" mona memegangi kedua lengan eros yang berdiri di hadapannya lalu menatapnya begitu dalam.

"Kenapa kamu selalu berkelahi di sekolahan sih? Kamu enggak bisa sebulan aja bikin mama tenang?"

"Mereka kan ganggu aku main ma"

"Kalau mereka ganggu kamu, kamu kan bisa ngasih tau mereka. Kenapa harus di pukul! Itu anak orang nak bukan boneka yang kalau kamu pukul enggak sakit"

"Dia ngejambak rambut aku duluan ma"

"Tinggalin kalau mereka nakal, jangan malah kamu patahin tangannya. Kamu ini anak dokter bukan anak preman"

"Iya ma"

"Besok kita ke rumah sakit, minta maaf sama rendra"

"Tapi ma.."

"Nggak ada tapi-tapian , meskipun kamu nggak salah. Kamu harus tanggung jawab udah matahin tangan anak orang"

"Iya mama"

"Nurut gitu kan mama enak dengernya"

"Kenapa sih ma"

Ares mengecup dahi mona, laki-laki itu baru saja pulang dari rumah sakit setelah seharian ini menangani banyak cito dadakan akibat kecelakaan.

Sedangkan mona ? Tentu saja tiba -tiba harus lari tunggang langgang ke ugd karena dapat info dari sekolah bahwa anak sulungnya itu mematahkan tulang temannya.

"Sini salim dulu sama papa" eros mendekat kemudian menciup tangan papanya.

Ares menunduk mengusap kedua lengan anaknya itu.

"Kenapa ?, sini ceritain sama papa"

Mona menghela nafasnya kemudian mengambil tas dan juga sneli ares yang ada bercak darah untuk ia simpan di mesin cuci.

Mona tau, sekarang saatnya laki-laki berbicara dengan hati.

Meskipun mona cukup keras dalam mendidik eros, ares masih bisa mengimbanginya dengan selalu mendengarkan apa yang anak laki-lakinya itu ingin curahkan.

Eros duduk bersebelahan dengan ares di depan televisi setelah ares selesai membersihkan tubuhnya.

"Ada yang mau di ceritain ke papa ?"

"Eros tadi berantem pa"

"Beranten kenapa ?, kamu bikin salah atau dia mulai duluan?"

"Dia ganggu eros waktu eros main lego pa, aku kesel dia ngejambak rambutku pa"

Dear tomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang