Dear 12

15K 824 6
                                    

"Lanjutkan!" Ucap dewa cukup keras membuat rio sebagai dokter anestesi yang membantunya tampak menelan salivanya kasar. Belum lagi dua anak koas yang meng asisteninya yang tak lain adalah arga dan bima nampak saling pandang dengan jantung yang bertalu-talu, wajah mereka memucat dengan dahi yang terlihat berkeringat dingin.

Selalu begini jika ada operasi dan dokter dewa sedang dalam mood yang tidak baik.

Suasana begitu mencekam , bahkan dokter rio yang selalu menggodainya karena mereka memang sahabat dekat tak mampu berkutik jika dokter dewa sedang dalam keadaan mood yang buruk seperti saat ini.

Jika dia berani menggoda dokter dewa pada saat seperti ini maka hanya ada dua kemungkinan , yaitu tidak disapanya sampai beberapa hari atau anak koas yang berani tidak fokus dalam meng asisteninya akan disuruh mengulan stase bedah satu kali lagi. Benar-benar mimpi buruk.

Dokter rio menghela nafasnya, sungguh dokter rio tidak tau lagi harus melakukan apa jika hal seperti ini kembali terulang, yang ia tau adalah dia harus segera memyelesaikan tugasnya dan membantu para koas itu agar tidak disuruh untuk mengulang stase bedahnya lagi.

Dokter dewa menyandarkan kepalanya di bahu kursinya, rasanya kepalanya sangat pening sekali. Baru saja dia pulang dari luar kota dan lagi-lagi harus menemukan mona sedang berada di rumah arester, rasamya ingin marah saja, tapi bagaimana dia bisa marah bagaimana jika dia meluapkan kekesalannya nanti mona malah membuat mona menghindarinya.

Semenjak kepergian istri dan calon anaknya, dokter dewa lebih sering terlihat emosionl walaupun beberapa bulan ini tampak melembut dengan kehadiran mona yang mengisi hari-hari dokter dewa tapi entah kenapa tiba-tiba saja moodnya anjlok karena perkataan mona kemarin malam yang menolak ajakannya untuk datang ke rumah kedua orang tuanya.

Dewa tersenyum kecut saat mengingat dirinya pernah menjadi pemenang hati mantan istrinya dari ares, dan sekarang lagi lagi sepertinya dewa harus mengenyahkan ares dari wanita yang di cintainya itu, semoga ini bukan obsesi karena saat melihat mona bersama ares rasanya hati dewa akan terbakar api cemburu hingga membuatnya hilang akal. Beruntung semua sifat buruknya itu tidak pernah ia perlihatkan di hadapan mona, kekasihnya.

Dewa melepaskan sneli putih yang sedari tadi masih dikenakannya kemudian menyaut jacket yang tadi dikenakannya untuk berangkat bekerja, karena dewa harus menaiki motor agar tidak terjebak macet saat melakukan shift paginya yang bebarengan dengan berangkatnya para mahasiswa dan pelajar untuk sekolah.

Dewa melangkahkan kakinya menuju paekiran motor setelah operasi hari ini selesai dilakukan, dewa harus menemui mona, dia tidak ingin mona akan berfikit macam-macam karena hari ini dia sama sekali tidak menghubungi mona bahkan hanya untuk sekedar memberi kabar apalagi hari ini mona sedang off setelah membantu terapi zifa yang dewa tau itu jelas bersama ares.

Semenjak kejadian beberapa minggu lalu yang membuat mona harus kembali ke jakarta dengan ares bersamanya tanpa memberi tau dewa terlebih dahulu, rasanya dewa sangat kesal sekali, terlebih hari hari berikutnya yang mengharuskan mona dan ares sering berinteraksi karena memang mereka sudah lebih dulu dekat dibandingkan mona dengannya.

***

Suara ketukan pintu terdengar beberapa kali saat mona baru saja menyelesaikan shalat isyanya.

Hari ini mona tidak datang ke rumah sakit karena memang jadwalnya sedang off.

Seharian mona hanya menonton netflix dengan pikiran yang beterbangan kemana-mana.

Meskipun televisinya menyala tapi entah kenapa matanya hanya tertuju pada benda persegi yang sedari tadi hanya terdiam membisu.

Dear tomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang