"Eh, mona ?" Sapa seseorang yang mengantri tepat di belakang mona saat mona selesai melakukan pembayarannya.
"Alex?" Dahi mona mengkerut sempurnya, mencoba mencermati, benar atau tidak dugaannya itu. "Alexis kan ?" Ucap mona sekali lagi untuk memastikan.
"Lupa ya ?"
"Alexis, umum kan ?" Ucap mona sekali lagi.
Alexis menganggukan kepalanya, "kirain lupa mon" alexis mengulurkan tangannya yang disambut gembira oleh mona
"Hey, gimana kabarnya?ya habisnya berubah banget sekarang, kan aku jadi pangling. Ngomong-ngomong kebetulan banget ketemu disini , ada perlu di rumah sakit ya ?"
"Ada cito kiriman, dokternya lagi penuh jadi impor deh. Bukannya kamu udah pulang ke indonesia ya ?tadi aku sempet nggak percaya waktu denis ngomong kalau kamu ada disini"
Mona tersenyum mengangguk, "Ada pasienku yang berobat kesini"
"Sekelas mona masih bawa pasien kesini ?" Tanya alexis keheranan, pasalnya mona adalah lulusan terbaik di angkatannya ketika sekolah di jerman dulu. Dan kebetulan lagi mona dan alexis adalah satu kampus.
"Bisaan" mona terkekeh mendengar pujian itu untuknya.
"Ngomong-ngomong sama siapa kesini ?" Tanya alexis lagi
"Ha ?" Mona baru ingat kalau tadi ia hanya ijin sebentar membeli cemilan, sedangkan ares saat ini masih di ruangan zifa, menemani gadis cilik itu agar tidak kesepian
"Ya ampun!!"mona menepuk jidatnya sendiri. "Lex bentar ya, coba aku telvon dulu. Baru inget tadi aku pamit beli sarapan bentar"
Alex tersenyum mengangguk kemudian mempersilahkan mona untuk menghubungi kawannya itu. Bukannya lekas pergi, alex masih setia berdiri menunggu mona menhubungi ares.
"Halo" ucap mona setelah panggilan ke tiganya baru di angkat oleh ares.
"Mas ares, aku ijin agak lama ya, ketemu temen nih"
"Oke, " mona menutup panggilan ponselnya setelah ares mengiyakan .
"Sory, tadi ngabarin temenku dulu."
"No problem" alexis memaklumi.
"..Btw mon, ada waktu nggak ? Mau ngajak ngobrol aja, udah lama nggak ketemu" alex nencoba peruntungannya membuat sudut alis mona menukik tajam kemudian ia melihat jam yang ada di tangannya.
"Emm, ada sih. Cuma mungkin enggak lama."mona tersenyum menatap sosok jangkung yang ada dihadapannya, "emangnya udah gak ada pasien lagi ?"
Alexis menggelengkan kepalanya , "enggak ada, operasinya uda selesai, paling nanti maleman baru visite"
"Gimana kalau ke cafe seberang mon ?" Mona menoleh ke seberang dimana ada sebuah cafe yang dulu cukup sering mona datangi.
"Boleh," mona mengangguk, menyanggupi. Lagian apa salahnya bernostalgia dengan teman lama.
"Ayo," alex hendak menggandeng tangan mona namun mona menghindarinya secara halus.
Kedua tangannya ia larikan ke ponsel pintar miliknya yang sedari tadi di genggamnya "benataran ya, aku kirim pesan dulu sama temenku yang tadi"
"Oke" alexis menyanggupi.
Setelah mona berpamitan, keduanyapun berjalan bersisihan menuju sebuah cafeshop yang berada di seberang jalan.
Meskipun judulnya cafe, di tempat itu tidak hanya menyediakan kopi dan makanan manis saja, tetapi makanan sehat juga dijual disana. Dan itu favorit mona.
"Thai salad ?" Tanya alexis saat keduanya sudah duduk berhadapan di sudut balkon tempat favorit mona setiap kali kemari.
"Masih inget aja " jawab mona ,"boleh deh" lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear tomorrow
FanfictionMona tiba-tiba saja ditugaskan untuk membantu salah satu rumah sakit milik universitas terkemuka di jogja karena rumah sakit itu baru saja kehilangan dokter bedah terbaiknya. Ia tak pernah mengira jika tugasnya kali ini membuatnya bertemu dengan sos...