Dear 15

13.4K 778 4
                                    

Mona menghela nafas panjang, selesai sudah dua operasi hari ini. yang pertema pengeluaran tumor lipoma dan yang kedua pasien dadakannya akibat luka bakar pada kecelakaan yang mengenai tulang kaki.

Rasanya tenaga mona benar-benar terkuras habis, bagaimana tidak jika dalam satu minggu ini sudah ada tiga operasi terencana dan empat operasi dadakan padahal mona sudah janji kepada dewa bahwa mereka akan berkunjung ke kediaman orang tua dewa untuk memperkenalkan mona kepada mereka.

mona melepaskan gown yang dikenakannya, kemudian duduk bersandar di kursi sejenak melepas lelah. ia merogoh ponsel miliknya dan tertegun saat melihat banyak sekali notifikasi yang muncul dan semua notifikasi itu berasal dari orang yang sama, dewa.

"astaghfirullah mona," mona menepuk jidatnya sendiri lalu buru-buru menghubungi dewa agar laki-laki itu tidak khawatir.

"halo mona, " itu suara dewa

"mas maafin aku ya, tadi ada cito dadakan mas ada dimana sekarang?"

"di depan ruangan kamu" baru saja mona hendak menjawab pintu ruangannya sudah terbuka lebar dengan senyuman khas dewa menghiasi pandangannya.

"maaf ya mas" mona berdiri kemudian memeluk dewa karena merasa bersalah sudah melupakan janjinya dengan keluarga dewa karena ada cito dadakan tadi

"iya nggak papa, mami pasti ngerti"

"terus mami gimana mas? aku perlu nelvon engga?"

dewa tersenyum mengelus pucuk kepala mona dengan lembut untuk menenangkannya, "mami ngerti kok, tadi mas uda nelvon"

mona mengangguk dengan senyuman penuh rasa bersalah namun tetap tidak merasa lega,"sekali lagi maaf ya mas"

"sekarang kamu bersih-bersih gih, mami uda nunggu kita dirumah"

sontak mona terkejut mendengar calon ibu mertuanya ternyata masih menungguinya padahal jika dihitung mona sudah telat datang hampir tiga jam lamanya, tapi orang tua dewa masih mau menunggunya.

"yasudah aku mandi dulu sebentar ya, aku udah bawa baju ganti kok"

dewa mengangguk kembali mengecup pucuk kepala mona sebelum mona meninggalkannya.

Laki-laki itu meraup wajahnya lelah, sepertinya banyak sekali rintangan yang menghalangi dewa untuk memperkenalkan mona kepada orang tuanya.

belum juga sepuluh menit kepergian mona untuk bersih-bersih tiba-tiba ponsel wanita itu berdering beberapa kali membuat dewa yang tadinya tidak ingin tau menjadi penasaran siapa sebenarnya yang menghubungi mona.

"ares?" dahi dewa mengkerut sempurnya saat membaca nama seseorang yang menghubungi kekasihnya malam-malam begini.

tak ingin kembali merasa penasaran dewa mengangkat panggilan ares tanpa terlebih dahulu meminta ijin kepada pemilik ponselnya, "halo,"

"zifa pendarahan mon, tolong segera ke ruang OK ku tunggu" tanpa aba-aba ares menutup panggilan itu sepihak tanpa mempersilahkan dewa untuk membuka suara.

***

Mona buru-buru kembali memakai gownnya setibanya ia di ruang OK yang ternyata sudah ada ares dan rio disana .

"Mona datang res" rio berbisik di sisi ares yang masih sibuk memeriksa kesiapan zifa untuk kembali operasi karena pembuluh otaknya tiba-tiba pecah tertekan oleh tumor di otaknya.

"Permisi" mona mengambil alih pekerjaan ares bersama perawat bernama desy dan beberapa co ass yang mendampinginya.

Semua prosedur operasi telah mona lakukan, butuh waktu lebih dari empat jam untuk mona melakukan operasi itu hingga mona tak lagi mengingat apa yang telah di korbankannya demi datang untuk mengobati zifa

Dear tomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang