Mona memarkirkan motor yang baru saja di gunakannya di samping mobil berlogo sayap bertuliskan mini di tengahnya dan itu adalah nama panggilan mona untuk mobil kesayangannya.
Mona hendak membuka pintu rumah ketika dia menyadari ada sesuatu yang tidak beres,
perempuan itu buru-buru memastikan apa itu yang tidak beres ketika tangannya tak juga menemukan kunci rumah di dalam tas yang dipakainya.
"Sial.." umpatnya lantang tanpa berfikir jika dia berada di lingkungan yang tidak kedap suara dengan rumah yang saling berhimpitan.
"Goblok banget sih mooonnn.." ucapnya sekali lagi mengumpati keteledorannya.
Tak mau putus asa, mona kembali ke motornya, siapa tau dia tadi lupa menaruhnya di sela-sela dasboard motor.
"Ish emang bego ya kamu itu" mona mengacak rambutnya histeris, kemudian kembali merogoh tas dompetnya untuk mengambil ponsel siapa tau dea membawa kunci cadangannya atau mencarikannya tukang kunci untuk membantunya.
Maklum mona kan baru tinggal di lingkungan itu, jadi masih belum paham dimana saja ada tukang kunci yang tidak jauh dari rumahnya.
"Ya Allah mona!!!!! Hp juga lo tinggal didalem rumah ? Kebangetan banget sih mooonn"
Rasanya mona ingin sekali menangis meraung-raung setelah menyadari kebodohan kuadratnya itu.
"Terus gimana ini ya Allah" mona berkali-kali mengguncang slot pintu rumahnya berharap ada keajaiban datang dan pintu itu bisa terbuka begitu saja tanpa kunci. Dan itu kebodohan mona yang kesekian kalinya.
"Terus gimana ini, mana lupa lagi jalan ke rumah dea." Gumamnya lelah atas kecerobohoannya sendiri.
Ares yang kebetulan sedang menyiram tanaman di kebunnya menoleh keheranan dengan tetangga barunya yang sedari tadi uring-uringan tidak jelas, yang anehnya terdengar lucu dan kekanakan.
Ia lantas melihat perempuan itu sedang berusaha membuka pintu rumahnya dari luar namun upayanya sia-sia, wanita itu tampak putus asa dengan pintu yang tak bergeming.
"Hey,tetangga baru" ares mendekat ke arah pagar penyekat yang membentengi rumahnya yang berdempetan dengan rumah kontrakan mona.
Mona menoleh tak berselera, sepertinya emosi mona masih di ujung ubun-ubun. Wajahnya tampak judes dan tidak bersahanat.
"Eh sory, kalau ganggu. Saya pemilik rumah sebelah" ares yang melihat wajah mengerikan mona segera mengklarifikasi siapa dirinya sebenarnya sebelum mona berfikir yang tidak-tidak tentangnya.
"Iya, maaf ya mas kalau saya berisik"
"Nggak papa kok, tapi itu kenapa? Kuncinya ilang ?"
Mona mengangguk kuat, "iya nih, ngeselin banget mana hp juga di dalem" gerutunya.
"Mau saya bantuin telvon tukang kunci ?" Tanya ares berusaha untuk membantu.
Menurut tebakannya, sepertinya perempuan itu adalah penghuni baru rumah yang di sewakan di sebelah rumahnya ini
Dulu rumah itu di tempati oleh sepasang suami istri, namun setelah istrinya meninggal, dia pindah dari rumah itu dan berencana untuk menyewakannya.
Jika ditanya bagaimana ares tau, ya jelas tau karena mas dewa, si pemilik rumah itu adalah dokter yang juga mengabdi di rumah sakit milik keluarganya.
"Boleh kalau nggak ngerepotin mas" jawabnya mulai luluh, mau bagaimana lagi memang mona benar-benar butuh bantuan daripada dia harus kembali ke rumah sakit dan meminjam telepon rumah sakit untuk menghubungi dea, lebih baik mona menerima bantuan tetangga baiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear tomorrow
FanfictionMona tiba-tiba saja ditugaskan untuk membantu salah satu rumah sakit milik universitas terkemuka di jogja karena rumah sakit itu baru saja kehilangan dokter bedah terbaiknya. Ia tak pernah mengira jika tugasnya kali ini membuatnya bertemu dengan sos...