Dear 39

12.8K 706 10
                                    


Rasanya hari jumat datang terlalu cepat untuk mona, dua hari sudah berlalu mona berusaha untuk menghindari eksistesi ares di sekitarnya.

Kemarin, waktu mona tiba-tiba merasa perasaannya tidak nyaman saat melihat ares berbincang dengan perempuan lain, saat itu juga mona mulai menyadari bahwa alam bawah sadarnya sudah mulai merasa nyaman dengan kehadiran ares di sisinya. Dan mona kurang sependapat tentang itu.

Menurut mona, jika mona berhubungan lebih dari sekedar teman dengan ares lalu mereka ternyata tidak saling cocok dan harus berpisah itu akan membuat hubungan keluarga mereka kurang baik. Mona sangat menghindari itu.

Mona berfikir jika persahabatan antara papanya dengan keluarga dwipangga lebih berarti ketimbang masalah percintaan mona yang tidak pernah beres itu.

Dua hari sudah mona mencoba untuk menata hatinya, mengenyahkan jauh-jauh perasaanny yang tidak sejalan dengan otaknya.

Mona harus berfikir rasional, dan mona tidak ingin semuanya terlambat.

Mona turun dari mobil yang membawanya datang ke rumah sakit. Ya, hari ini adalah jadwa l mona mendampingi zifa untuk berobat ke jerman, tempat anak itu mendapatkan pengobatan.

Jika pengobatan itu dinyatakan berhasil oleh dokter, maka zifa sudah benar-benar bebas dari penyakit kankernya dan mona harus segera kembali ke jakarta untuk memenuhi kewajibannya sebagai penerus rumah sakit milik keluarganya. Itu adalah kewajiban yang harus mona ampu sejak ia masih kecil. The heirs.

"Ayo masuk, malah bengong"

Dea menepuk pundak mona yang sedari tadi hanya berdiam di depan pintu loby sayap kanan rumah sakit yang masih lebih sepi jika di bandingkan loby utama.

"Astaghfiruloh dea! Ngagetin aja sih. Jantungan nih" mona mengusap dadanya sendiri karena teekejud dengan kedatangan dea yang tiba-tiba itu.

"Ya lagian, ngapain sih bengong." Dea melirik mona kemudian menedihkan dagunya kedepan. "Tuh liat, supir grabnya uda jauh"

"Lagi bayangin aja, bentar lagi aku kan udah nggak disini lagi de" keduanya jalan bersisihan melewati lorong rumah sakit dengan mona yang membawa satu koper besar bersamanya.

"Udah yakin sembuh ya mon ?"

"Aku sih yakin de, anaknya sudah mulai aktif lagi. Rambut udah mulai numbuh, pemeriksaan beberapa kali juga menunjukan hal positif." Mona menghela nafasnya. "Semoga besok hasilnya baik"

"Agnes titip bentar ya kopernya, saya masuk dulu. Nanti saya ambil lagi" mona berhenti di resepsionis untuk menitipkan koper besarnya karena dia harus lebih dulu melihat kesiapan zifa.

"Siap dokter mona, sini saya bantu dok" agnes keluar dari cubiclenya untuk membantu mona menaruh koper yang ukurannya lumayan besar itu.

"Makasih ya nes, "

"Sama - sama dok, tadi dokter ares juga nitip koper kok. Dokter mona mau pergi sama dokter ares ya dok"

Mona mengangguk ,"iya, dokter ares udah dateng ya ?"

"Udah dok, lagi ke vip tiga, ruang pasien"

"Oh oke" mona mengangguk ,"makasih ya nes, saya duluan"

"Baik dok, " agnes tersenyum kemudian beralih menyapa dea yang sedari tadi menunggu mona, "selamat pagi dokter dea,"

"Pagi juga nes, duluan ya"

"Baik dok" jawab agnes setelah dea menyapanya.

Kedua dokter perempuan itu kembali melanjutkan perjalananya menuju tujuan masing-masing. Jika dea menuju ruang poli karena sekarang jadwalnya diganti di pagi hari, sampai dea melahirkan. Maka mona berjalan berlawanan arah menuju ruang vip lantai tiga, kamar zifa.

Dear tomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang