Dear 9

17.3K 913 6
                                    

Mona ada dimana, mona lagi sama siapa, mona sudah makan belum , mona saya jemput, mona mona dan mona, pertanyaan yang selalu memberondonginya setiap hari dan herannya mona tidak pernah merasa terganggu dengan hal itu.

"Iya mas, bentar lagi aku pulang kok, iya nggak usah khawatir ada dea disini"

mona memutus panggilan itu terlebih dahulu setelah seseorang yang tadi menghubunginya menyudahi obrolan mereka.

Dewa, ya tentu saja mas dewa nya mona. Memangnya siapa lagi yang berani memberondonginya dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu

kadang-kadang mona merasa heran, bagaimana akhirnya seorang gadis single sepertinya bisa terjebak dengan seorang duda tampan seperti induk semangnya itu.

Saat ini dokter dewa sedang berada di surabaya untuk mengikuti seminar selama tiga hari , dan selama itu pula mona tidak bertemu dengan kekasih satu bulannya itu.

"Duh yang lagi kasmaran, gak bisa ber word word deh aku" goda ibu hamil itu kepada mona

"Tetep masih kalah sama yang sudah mengantongi ijin menjadi ibu"

"Ya makanya iya-in ajakan dokter dewa nikah dong mon, biar bisa mengandung benih seorang dewangga yuda mahendra, duh tampan bersahaja dan ahli ibadah cocok banget sama kamu yang sering kelupaan ucap salam."

"Kaya beli kacang aja sebulan kenal udah main nikah-nikah" mona meletakkan sumpitnya setelah selesai dengan makan siangnya.

"halah sok sokan kamu, baru sebulan kenal juga udah nerima pinangan pacaran aja, mana kata cinta hanya fatamorgana yang kemarin disuarakan secara lantang, hem pret"

mona tertawa sembari mendelik ke arah dea yang tak henti-henti menggodanya,

"susah kan kamu menampik kegantengan dokter dewa, berterimakasihlah sama sahabat kamu ini yang secara tidak langsung menjadi perantara pertemuan kalian"

"ck, iya makasih"

"dih gak ikhlas" dea menyenggol lengan mona membuat kedua perempuan itu tertawa terbahak secara bersamaan.

Hari ini dea sedang mengidam ingin makan pangsit yang ada di daerah colombo, memang sedikit jauh dari tempat mereka bekerja terlebih lagi irfan, suaminya tidak bisa menemani dea karena harus bertemu dengan kliennya di semarang alhasil monalah yang menjadi penggantinya.

"Dipikirin mateng-mateng mon, mas dewa kan duda baru empat tahun lagi, jangan sampai kamu jadi pelarian"

"Aduh" ares mengaduh ketika mona melempar tisue ke arahnya yang tanpa filter berkali-kali menyinggung hubungan mona dengan dewa, seniornya.

"Sembarangan aja kalo ngomong"

Dea tertawa melihat tingkah jail ares kepada mona,

Beginilah hubungan mereka saat ini, tanpa diduga karena seringnya frekuesi mereka bertemu saat merawat zifa apalagi ares dan mona adalah tetanggaan mau tidak mau ares dan mona menjadi dekat satu sama lain.

Tapi bukan dekat yang menggunakan hati ya, mona ogah dijadikan pacar tanpa tanda kasih seperti yang ares lakukan kepada para jajaran pemuja dokter arester yang lain.

Mereka hanya sebatas dekat sebagai rekan kerja, tetangga sebelah, saling membantu kalau lapar malam-malam dan saling menebengi kalau salah satu dari mereka berhalangan, ya kurang lebih seperti pohon dan parasitnya lah.

"Kalau dokter ares gimana tuh sama yang pegawai bank kemarin ?" Tanya dea tiba-tiba

Ares menedihkan bahunya, "ya gitu"

"Gitu gimana ?" Saut mona antusias "orang aku liat kemarin dia lari sambil nangis-nangis di restoran deket rumah sakit dee, lah mas aresnya cuma diem aja manggilpun enggak"

Dear tomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang