Dear 40

14.3K 758 12
                                    


Ares menatap mona lekat-lekat, kenapa hanya menatapnya saja membuat ares makin tidak karu karuan. Rasanya ada sesuatu di dalam diri ares yang bergejolak. Ares tidak sanggup lagi.

"boleh ngobrol sebentar mon?"

"Iya" cukup dewasa, mona tidak ingin kucing-kucingan lagi.

Ini cuma berdua aja, nggak mungkin kan mona mencari alasan seperti dua hari lalu yang kabur-kaburan hanya untuk menghindari ares.

Apalagi mona sudah memprediksi hal semacam ini akan terjadi.

Ares menyamankan duduknya menghadap mona yang justru malah menghadap ke arah televisi, seolah enggan untuk bertatap muka dengannya.

"Aku bingung mon, "

"Bingung kenapa ?" Mona melirik ares sekilas kemudian kembali ber alih menonton televisi.

"Aku harus gimana supaya kamu percaya kalau aku ini serius sama ucapanku mon"

"Ucapan yang mana ?"

"Aku serius ngajak kamu nikah, nggak main-main. Tapi kamu selalu menganggap omonganku lelucon"

Pasrah. Ares pasrah kalau kalimatnya ini mungkin akan membuat mona semakin menjauhinya.

Yang jelas ares ingin mengatakan yang sejujurnya, ares tidak mau hubungan mereka sebatas rekan kerja, atau teman masa kecil semata, ares mau lebih.

Entah kenapa pandangan kaburnya yang dulu ia rasakan kini mulai terlihat jelas dan ares hanya melihat mona di dalam kotaknya.

"Maaf, aku minta maaf kalau lancang begini mon" ya, ares harus tau diri. Memaksakan kehendaknya sendiri memang bukanlah hal yang baik, ares jelas tau itu.

Tapi ares ingin tetap berusaha, apalagi restu keluarga dan calon ayah mertuanya sudah dikantonginya

Mendengar kata lancang yang ares ucapkan entah kenapa membuat mona merasa risih, apa mona keterlaluan sampai ares merasa dirinya lancang terhadap mona ?.

"Mas tu bikin aku bingung tau nggak, this is not you! And i.." mona men jeda kalimatnya "ini tu bukan mas ares yang aku kenal. Tiba-tiba ngelamar kaya kita punya sesi romantis aja sebelumnya. Padahal hubungan ya gini-gini aja"

Mona melirik ares yang ternyata masih fokus kepadanya.

"Apa lagi ada riwayat aku kemarin pacaran sama mas dewa, jadi seolah -olah aku ini jadi perempuan giliran." Mona menghela nafasnya kemudian melanjutkan kalimatnya.

"..siapa yang jadi pacar dewa ya harus jadi pacar ares atau sebaliknya. Dan kebetulan momennya pas aja gitu" mona menedihkan bahunya

"..perasaan kan bukan untuk mainan mas. Apalagi hubungan keluarga kita dari dulu udah baik banget. Papa temenan sama om rey uda dari muda. Terus kalau kita cuma coba -coba hubungan kaya gini lalu enggak cocok , terus pisah. Apa kabar nanti mas. Enggak enak juga sama papa pun om rey nya kan"

"Jadi selama ini, itu yang ada di otak cantik kamu ?"

Mona melirik skeptis kepada ares karena bukannya serius laki-laki itu malah tertawa mendengar penjelasan panjang lebar yang mona sampaikan.

"Mon, ngadep sini deh" ares menarik lengan mona agar mona menghadap ke arahnya

".. aku ini mau nikahin kamu mon, bukan pacaran lalu enggak cocok bubar gitu aja"

"Dasar mas ares mau nikahin aku itu apa ? Karena aku lagi jomblo ? Mas ares juga jomblo terus bisa di satuin gitu aja ?" Mona menelan salifanya sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Enggak gitu juga konsepnya kan mas, nikah menurutku cuma sekali seumur hidup dan penuh dengan cinta, jadi kalau suatu saat nanti ada badai pernikahan kita ada dasar buat mempertahankannya, yaitu cinta. Mas ares ngerti cinta enggak sih?" Ucap mona gemas.

Dear tomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang