Dear 21

14.1K 738 8
                                    

++

Ares menggendong tubuh mona keluar dari kamar itu, mona hanya diam bahkan mona melingkarkan tanganya pada leher arester membuat senyum arester semakin mengembang

Ares membaringkan tubuh mona diatas ranjang miliknya, mengunci pintu lalu bergegas menindih tubuh itu dan memangut bibir mona, tangan ares sudah menjelajah kemana-mana hingga desahan pelan itu semakin membuat panas suasana.

"Mon" ares melenguh, nafasnya semakin memburu

Mona menatap mata ares begitu dalam, ia tau jika ares menginginkannya tetapi bukankah mereka bukan siapa -siapa ? Lalu apa yang mona pikirkan kenapa dia bisa sepasrah ini diperlakukan seperti itu oleh arester. Apakah mona juga menginginkan hal yang sama ?

"Ya?..." jawab mona tak kalah memburu

"Boleh ?" Ares masih belum berani malakukannya meskipun dia sudah tegang luar biasa dan sudah tidak sanggup lagi untuk menahan gejolak didalan tubuhnya itu.

Mona mengangguk membuat senyum ares merekah begitu indah, bibirnya kembali memangut bibir mona begitu lama hingga keduanyapun tak sadar tubuh mereka sudah begitu polos dan pakaian mereka sudah berserakan kemana-mana.

Ares semakin bersemangat memacu tubuh yang ada dibawahnya, mereka hanyut dalam gairah. desahan demi desahan keluar saling bersautan.

Ini baru pertama kali, mona baru pertama kali merasakannya dan kenapa mona menikmatinya ? Dengan ares ? Bukankah mereka tidak memiliki hubungan apapun ?

Mona semakin kuat mencengkeram lengan ares ia merasakan ada sesuatu yang hendak keluar dari dalam dirinya, mona tidak mengenali rasa itu namun itu begitu luar biasa mempengaruhi tubuhnya

"Mas.." mona melenguh panjang, nafasnya tersenggal-senggal

"Jangan di tahan mon" bisik ares semakin mempercepat laju kecepatannya memompa tubuh yang ada dibawahnya.

Mona sudah tidak tahan lagi, seperti dibawa terbang oleh ares , entah apa yang mona pikirkan hingga lenguhan kuat menjadi teriakan keluar dari mulut mona membuat ares memejamkan matanya dalam-dalam merasakan hangatnya milik mona yang membanjiri miliknya, membuat ares semakin bernafsu untuk menyelesaikan permainan itu dan menggapai puncaknya sendiri.

Ares bahkan tidak perduli dengan nafas mona yang masih tersenggal -senggal karena pelepasannya barusan, laki-laki itu malah semakin memompa tubuh mona tanpa ampun hingga lenguhan kuat keluar dari mulutnya sendiri. Cairan itu akhirnya keluar memenuhi tubuh mona membuat tubuhnya melemas seketika.

Selesai sudah malam ini, malam yang tidak pernah ares dan mona perkirakan , memangnya siapa mereka berdua hingga mereka berani melakukan dosa seperti ini ? Lalu bagaimana dengan dewa dan kekasih ares yang entah itu masih menjadi kekasihnya atau tidak mona pun tidak tau.

Masa bodoh, mona sudah merasakan sakit luar biasa selama seminggu lebih karena dewa yang tak pernah menghubunginya, bahkan menanyakannya saja tidak.

Mona hanya ingin menikmati malam ini, itu saja.

"Makasih mon, maaf mas jahat sama kamu" ares berbisik lembut di telingan mona, meskipun begitu tangan laki-laki itu tetap mendekap tubuh mona dengan hangat. Mengecupi leher mona sisa keringat yang tadi mengucur dengan deras.

Tubuh mereka masih sangat polos di bawah selumut tebal milik arester.

"Mas"

"Stt, maaf sayang, maaf" ares tidak ingin mendengar kata apapun yang keluar dari mulut mona, ares tidak sanggup mendengar penolakan mona. Entah apa yang terjadi namun benar adanya jika ares memiliki perasaan asing dalam dirinya terhadap mona.

Dear tomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang