"halo mona?,"
..
"Mona.."
..
"Mona dengerin mas kan mon?"
..
"mas tau kamu dengerin mas disana, mas minta maaf mona"
..
Dewa menghela nafasnya sejenak kemudian malanjutkan kalimatnya karena dewa tau mona pasti mendengarkannya.
"Mon, mas tau kalau mas salah sama kamu mas cuma butuh waktu mon, Mas cuma nggak mau kehilangan kamu. Waktu itu mas cemburu karena kamu lebih memilih pergi, mas nggak berfikir panjang, maafkan mas mon"
..
"mon.."
..
"mona, sayang. Dengerin mas kan mon?"
.
Dewa mengacak kasar rambutnya sendiri saat mengingat penggalan kalimat yang diucapkannya saat dia menelvon mona yang naasnya sama sekali tidak ditanggapi oleh mona.
Wanita itu diam seribu bahasa. Meskipun sepertinya mona mendengarkan semua kalimat yang dewa ucapkan, tapi mona sama sekali tidak berniat untuk menjawab.
Jika saja mona mau marah kepada dewa mungkin dewa akan merasa lega, tapi apa yang didapatkannya. Mona hanya diam tak berkomentar apapun.
Rasanya dewa sangat menyesal sekali, selain sifatnya yang kekanakan karena tidak menyelesaikan masalahnya bersama mona dengan baik-baik dewa juga seolah menghilang di telan bumi.
Dewa sengaja melakukannya sebagai bentuk protes karena mona yang lebih memilih untuk meninggalkannya disaat dia benar-benar ingin menjalani hubungan yang serius bersama mona dengan langkah pertama yang ia ambil yaitu memperkenalkan mona terlebih dahulu dengan orang tuanya, sampai dewa lupa bahwa mona juga seorang dokter. Mona wajib menjalankan tugasnya jika memang ada pasien yang membutuhkannya.
Entah dimana pikiran dewa saat itu, yang jelas dewa saat ini sangat menyesalinya.
"ya Allah mona" dewa mengusap wajahnya kasar, rasanya tak sabar sekali ingin segera bertemu dengan mona dan memperbaiki semuanya.
Sejenak dewa menghela nafasnya, mencoba berfikir logis untuk menentukan langkah apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
"halo nan, tolong tanyain ke asistennya ares kapan ares pulang ya!" tak berfikir terlalu lama dewa segera menghubungi asistennya untuk menanyakan kepulangan ares agar dewa bisa segera menyusul mereka
Sebenarnya dewa bisa saja pergi menyusul mona begitu saja, tanpa harus terlebih dahulu menghubungi ares, namun berhubung tidak ada yang berani memberikan alamat rumah sakit dimana zifa dirujuk sekaligus dewa tidak bisa bertemu dengan dokter reynaldi karena beliau sedang mengajar diluar kota alhasil mau tidak mau dewa harus menurunkan egonya dan menghubungi ares terlebih dahulu, siapa tau sejawatnya itu mau membantunya karena dewa dengar dari bagian umum jika ares menemani mona pergi atas perintah dari dokter reynaldi selain karena ares adalah dokter penanggung jawab untuk zifa.
Tak berselang lama telvon interkom yang berada di ruangan dewa berbunyi.
"gimana nan?"
"hari ini berangkat dok, mungkin sekitaran besok siang jam dua sampai" Jawab nanda setelah mendapatkan informasi kepulangan arester dari asisten ares.
"lalu mona ?"
"Belum ada info dok, tadi saya tanya ke desi tapi desi nggak mau jawab dok, apa perlu saya tanyakan ke dokter dea dok ? Kayaknya sebentar lagi prakteknya selesai"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear tomorrow
FanfictionMona tiba-tiba saja ditugaskan untuk membantu salah satu rumah sakit milik universitas terkemuka di jogja karena rumah sakit itu baru saja kehilangan dokter bedah terbaiknya. Ia tak pernah mengira jika tugasnya kali ini membuatnya bertemu dengan sos...