Dear 16

12.8K 749 3
                                    

"Mon" suara lirih ares bergumam ditelinga mona namun tidak membuat mona mempu menahan lelehan air matanya.

ares memutar tubuh mona, kemudian memeluk teman sejawatnya itu untuk menenagkan hatinya, "nggak papa, zifa baik-baik aja mon"

bukannya berhenti , tangis mona malah semakin menjadi. mona menelungkupkan penuh wajahnya dalam dekapan ares agar rintihannya tidak terdengan oleh siapapun.

"aku nggak pernah sesakit ini mas,"

ares menghela nafasnya masih mengusap lembut punggung bergetar mona yang ada didalam dekapannya.

"aku tau, kamu dokter yang hebat. kita sudah sejauh ini mon, semoga zifa bisa segera sembuh"

mona menggeleng kuat, "enggak mas, aku sudah menghubungi rumah sakit di jerman untuk membantu kesembuhan zifa. kita hanya perlu ijin dokter reynaldi mas, peralatan di sana lebih canggih dan kami pernah melakukannya!"

mona mendongak mengharap keinginannya disetujui oleh ares, namun laki-laki itu hanya tersenyum tanpa mengeluarkan kalimat apapun.

sejujurnya arespun tidak tau harus mengatakan apa lagi, seharunya mona juga tau tanpa ares beritau jika harapan hidup zifa sebenarnya hanya tersisa tiga puluh persen lagi, bukan hanya ares yang tau arespun sebenarnya sudah pernah membicarakan itu bersama ayahnya, dokter reynaldi namun dokter rey bersikekeuh untuk mencari solusi lain yaitu mendatangkan mona yang kala itu baru saja kembali dari jerman.

"mon, kamu juga pasti tau zifa hanya mampu bertahan beberapa bulan lagi"

"enggak mas, aku mau nelfon dokter rey buat ngajak zifa ke jerman"

"mona"

"mas! sedikit apapun waktunya jika kita sebagai dokternya berusaha pasti ada jalan keluarnya"

belum juga ares menyelesaikan ucapannya mona sudah menyela terlebih dahulu ucapan sejawatnya itu bersamaan dengan ruang kerja mona diketuk dari luar dan munculah sosok yang sedari tadi menjadi bahan pembicaraan.

mona buru-buru melepaskan diri dari pelukan ares kemudian berlari menghampiri dokter reynaldi yang masih berada di depan pintu, tanpa permisi mona menggenggam tangan dokter reynaldi dengan kuat. "dok, please"

menghela nafas sejenak, ternyata dokter reynaldi sudah tau semua kejadiannya dan mendengar bahwa mona berencana untuk menghubungi sejawatnya yang bekerja di rumah sakit jerman, namun dokter rey masih belum mengiyakan sampai kejadian malam ini benar-benar mengetuk hati reynaldi untuk mengiyakan permintaan mona.

Dokter reynaldi tau jika waktu zifa tidak banyak, sedangkan peralatan medis di indonesia belum secanggih di jerman. Mona pernah menjelaskan semua detil usulannya itu namun dokter reynaldi masih bergeming. Akan tetapi malam ini berbeda, dia harus mengiyakannya karena dia tidak ingin menyesal jika tidak melakukan secara maksimal,maka dipikirkannya masak-masak apa yang pernah mona usulkan dan malam ini adalah puncaknya

dokter reynaldi menganggukan kepalanya,"Biar ares menemani kalian" mona segera menatap ares yang juga menatapnya, meskipun penuh dengan keraguan tapi benar kata mona semua harus diperjuangkan.

***

sudah hampir satu minggu mona tidak lagi bertemu dengan dewa, terakhir mereka bertemu adalah saat makan malam bersama keluarga dewa dan mona marah besar karena dewa yang menyembunyikan penggilan ares darinya padahal seharusnya dewa juga tau jika keselamatan pasien lebih penting dari acara apapun.

tanpa pikir dua kali mona segera bergegas pamit kepada kedua orang tua dewa tanpa menoleh sedikitpun kepada kekasihnya itu.

"beneran ini mon, kamu mau pergi tanpa pamit dulu sama dokter dewa? nanti hubungan kalian malah tambah berantakan loh mon"

Dear tomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang