Dear 27

12.4K 671 2
                                    

Meskipun malam sudah cukup larut, mona tetap tidak bisa memejamkan matanya.

Tadi, sebenarnya mona ingin menginap saja di apartemen nana, tapi nana menolaknya dengan alasan sepulang kerja denis akan mampir ke apartemennya. Padahal sebenarnya mona tau kalau nana hanya mencari alibi agar mona kembali ke apartemennya sendiri dan menyelesaikan masalahnya dengan ares.

tapi sayang, sepertinya ares kelelahan dan sudah tertidur pulas karena saat mona kembali terlihat lampu kamar yang ares tempati sudah padam

entah tadi ares tau atau tidak jika mona tidak ada di apartemennya karena memang mona pergi begitu saja tanpa memberitau ares rerlebih dahulu

Mona menghela nafasnya, matanya terasa berat padahal pagi ini mona harus segera ke rumah sakit untuk menyelesaikan administrasi agar esok zifa bisa segera kembali ke tanah air.

mona mencoba menutup rapat matanya agar segera masuk kedalam alam mimpi, setidaknya dua jam saja cukup untuk mona mengistirahatkan isi kepalanya.

akhirnya, zifa diijinkan pulang oleh dokter pengampunya dan diperbolehkan rawat jalan yang nantinya akan dipantau melalui daring.

Selain itu, danis dan tim dokter yang menangani zifa sudah berbincang bersama mona, dokter ares maupun dokter reynaldi selaku keluarga dan wali dari zifa dan mengabarkan bahwa penanganan lokal zifa akan ditangani kembali oleh mona, meskipun begitu tim dokter tidak lepas tangan begitu saja, mereka tentu akan mengawasi perkembangan pemulihan zifa.

"besok pagi zifa pulang ke indonesia, zifa senang?" tanya reynaldi kepada zifa kecil

"iya oppa," zifa mengangguk mantap. "nanti kalau zifa pulang zifa tinggal dimana opa?" tanyanya polos.

"nanti zifa masih harus di rumah sakit ya, sampai zifa benar-benar pulih"

zifa tersenyum kemudian mengangguk, "iya opa" meskipun gadis cilik itu tampak tersenyum tapi dokter reynaldi tau jika cucu kecil nya itu pasti sangat sedih karena belum bisa tinggal serumah dengannya.

"boleh ponselnya dikasih om ares nak," perintah dokter reynaldi lembut yang mendapatkan anggukan dari zifa.

"papa, opa mau ngomong", zifa menyerahkan ponsel ares kembali.

"res,"

"ya, pa?"

"boleh bicara sebentar?"

"iya, sebentar pa" ares mengalihkan perhatiannya ke arah zifa yang sedang di suapi oleh mona.

"papa bicara sama opa dulu ya, zifa habiskan makannya"

"iya pa"

ares berjalan keluar kamar, mencari ruangan yang bisa digunakannya untuk mengobrol dengan papanya.

"ya pa, "

"res? tadi apa papa nggak salah denger zifa manggil kamu papa?"

ares menghela nafasnya, sudah ares duga jika dokter reynaldi mendengarnya dan pasti akan menanyakan hal itu cepat atau lambat kepadanya.

"Besok ares ceritain ya pa,"

"jangan sampai anak itu berharap lebih res kalau kamu nggak mampu memenuhi lebih baik jangan beri zifa harapan"

"ares tau pa, ares sedang berusaha. papa doain aja"

kini giliran dokter reynaldi yang menghela nafas, laki-laki paruh baya itu hanya mengiyakan tidak berusaha untuk menginterupsi lebih lanjut.

ares sudah dewasa, tentu saja ares bisa berfikir dengan bijak mengenai keputusannya.

"yasudah, besok hati-hati di jalan. sampaikan salam papa buat mona ya"

Dear tomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang