Dear 20

15K 781 8
                                    

Setelah cukup dengan menonton televisi, mengobrol dan bercanda di ruang tengah, ares mengangkat tubuh zifa yang sudah sangat mengantuk menuju kamar mona, sedangkan mona sudah terlebih dahulu masuk ke kamarnya untuk menyiapkan tempat tidur mereka.

"Sini mas," mona hendak mengambil alih tubuh zifa dari gendongan ares berhubung anak itu sudah mengantuk jadi mereka bisa membatalkan keinginan zifa untuk tidur bersama. toh zifa juga sudah tidur pikir mona.

"Mama" rancu zifa, membuat dua orang dewasa yang ada disana bertatapan satu sama lain.

Belum selesai keterkejutan itu, zifa sudah memeluk leher ares dengan kuat, sepertinya anak itu benar-benar merindukan kedua orang tuanya , dan mona tidak bisa lagi menolak.

"Bobok dulu ya sayang, om sama tante disini temenin zifa" bisik ares menurunkan zifa di tempat tidur lalu melepaskan pelukan kuat tangan zifa di lehernya.

Anak itu sudah cukup lelap, membuat mona sedikit lega. Setidaknya tidak akan ada percakapan aneh yang keluar dari mulut zifa kecil.

Berbeda dengan mona yang sedari tadi mengusap wajah kecil milik zifa, sedangkan ares sibuk menenangkan sesuatu yang entah datang dari mana ketika berada di satu ruangan tertutup dengan mona.

Belum ada sepuluh menit gadis cilik itu terlelap tiba-tiba ponsel mona berdering, mona buru-buru mematikan dering ponselnya kemudian meminta ijin kepada ares untuk mengangkat telvon.

"Tumben dea telvon jam segini" gumam mona setelah melihat nama yang muncul di layar ponselnya.

"Ya dee, "

"Asalamualaikum mon"

"Waalaikumsalam dea!" Mona menghela nafasnya , selalu saja ada koreksi tata cara mengangkat panggilan telvon seperti ini.

"Mon lagi ngapain ? Repot engga?"

"Baru kelar nidurin zifa, dia nginep apartemen. Gimana ? Tumbenan nelvon jam segini ?"

"Mau cerita,"

"Cerita apa ?" Mona semakin dibuat penasaran oleh dea.

"Tadi aku ke rumah mamanya dokter dewa ,"

"Terus ?" Mona tak sabaran

"Entah aku aja yang baperan karena hamil ini atau emang ini sesuatu yang berlebihan"

"Maksudnya gimana sih dee? Jangan bikin penasaran ah!"

"Sabar dong mon, milih kata-kata ini biar kamu nggak salah paham"

"Lanjut!"

"Jadi tadi kan ada acara tasyakuran rumah sakit , berhubung dokter danu, papanya dokter itu mantan petinggi disini dan rumahku yang jalannya searah sama rumah orang tuanya dokter dewa. Akhirnya aku dititipin bingkisan dari rumah sakit buat nganterin kesana soalnya dokter danu sama istrinya kan berhalangan hadir tu.."

"Terus ?"

"Kamu pernah kesana kan mon ?"

"Belum pernah, kan kemarin mau kesana nggak jadi itu"

Dea terdengar menghela nafasnya berat , sejujurnya dea sangat malas mengurusi urusan orang jika saja mona bukan sahabat tersayangnya maka dea tidak akan bertindak sejauh ini.

Dear tomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang