Dear 45

14.3K 669 15
                                    

Mona baru saja menyelesaikan operasinya dan melangkah keluar dari ruang OK ketika ares sudah berdiri di depan ruangan tersebut.

"Astaghfirullah" mona terkejut ketika dia yang sebenarnya ingin menyapa keluarga pasien yang sedang menunggu di ruang tunggu ternyata malah bertemu dengan seseorang yang seumur umur mona tidak berfikir dia akan melakukan hal semacam ini untuknya.

"Ngapain mas ares kok disini?"  Tanya mona setelah melirik jam dinding yang ada di atas pintu masuk ruang OK

sekarang masih jam setengah tujuh, seharusnya bukankah ares masih ada poli ? Biasanya laki-laki itu mengambil jadwal poli malam karena siang ia gunakan untuk membantu RSUD setempat yang kebetulan membutuhkan bantuannya.

"Jemput kamu lah"

"Loh emang kita janjian ?" Mona mengerutkan dahinya, mencoba mengingat apakah memang mona membuat janji dengan ares untuk bertemu karena seingat mona, dari pagi dia tidak berbalas pesan dengan ares karena keduanya cukup sibuk.

"Memangnya mau jemput calon istri harus janjian dulu " Tanya ares membuat mona memutar bola matanya malas, halah si tebar pesona yang selalu bikin perempuan manapun salah paham sedang melakukan aksinya, batin mona. Nggak ngefek!. Jawabnya sendiri dalam hati.

"Mas ares duluan aja, aku kayaknya agak nanti pulangnya. Ini kan juga belum ketemu keluarga pasien mas"

"Ketemu keluarga pasien juga bentaran kan ? Penjelasan aja. Visite juga baru mulai besok. Mas tunggu aja."

Mona menghela nafasnya kemudian mengangguk mengiyakan. Memangnya mau bagaimana lagi, manusianya sudah di depan mata begini. Ngotot lagi mau jemput. Masa harus bertengkar disini sih.

Sebenarnya moa juga bawa mobil sendiri karena udah janjian sama dea untuk cek kandungan diam-diam tanpa ares, karena sejujurnya mona belum percaya dengan kondisinya saat ini

Bisa saja kan itu hanya masuk angin dan alat dea kemarin yang bermasalah.

Tapi berhubung ada bapaknya juga disini, yasudah mau bagaimana lagi. Nanti saja mona akan kasih tau setelah urusannya dengan pasien selesai kalau mona akan melakukan USG

"Yaudah, aku ke ruangan dulu sebentar ngasih penjelasan ke keluarga pasien"

Ares mengangguk mengiyakan,"oke, mas tunggu di ruangan aja ya, nanti kabarin kalau udah selesai"

"Iya" mona berlalu begitu saja setelah menginformasikan kepada perawat agar salah satu keluarga pasien menemuinya di ruangan mona.

"Pelan pelan jalannya mon" bisik ares, mengikuti langkah mona yang terbilang gesit.

"Loh kok malah ngikutin aku" mona melirik ares yang ternyata mengikutinya.

"Tadinya mau langsung pergi, cuma mau ngingetin aja. Hati-hati jalannya," ares menyamakan langkah kakinya dengan mona, "masih mual ? Tanyanya lagi"

"Enggak," mona menggeleng. "Mas ares balik ke ruangan gih, aku mau masuk dulu" usir mona sekali lagi.

Tapi dasarnya ares yang super ngeyel, laki-laki itu malah ikut masuk ke dalam ruangan mona.

"Loh , kok malah masuk ?"

"Elus bentaran bisa kali mon," ares menutup pintu ruangan mona, berjalan mendekat kepada mona kemudian menarik mona untuk duduk di sofa ruang kerjanya.

"Masih pusing enggak ?" Tanya ares setelah tangannya manelusup masuk ke dalam gown yang masih mona kenakan.

"Apaan sih mas" mona menampik lengan ares namun tidak membuat ares mengeluarkan tangannya dari dalam baju mona.

"Namanya juga kangen anak mon"

"Kangen ya kangen tapi nggak disini mas"

"Memangnya kenapa kalau disini ? Kan cuma ada kita berdua" ares membantah

Dear tomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang