Prolog

5.5K 88 2
                                    

Hallo everyone!
Absen dulu, kenal cerita ini darimana? Ini Squel dari cerita Jodoh yang sesungguhnya. So.. Buat yang belum baca JYS baca dulu ya. Biar nyambung alur ceritanya.
Ini cerita religi, jadi kalau ada penyampaiannya yang salah, mohon diberitahu ya. Tandain juga yang typo
Happy Reading❤

.
.
.
.
.
.
.

"Arzan Rizwan Al-azhar lulus dengan IPK 3.95 fakultas psikologi dan mendapatkan gelar cumlaude. Anak pertama dari bapak Atlanta Farisqi Al-azhar dan ibu Syakhira Almayra. Arzan merupakan mahasiswa terbaik di fakultas psikologi angkatannya."

Arzan bangkit dari duduknya dan menuju keatas panggung menerima penghargaan. Ia memberikan senyuman pada rektor dan rekan kampus. Tak lupa juga pada kedua orangtua dan adik-adiknya yang turut menyaksikan kelulusannya.

"Mungkin ada beberapa kata yang ingin disampaikan? Silahkan Arzan."

Arzan tersenyum dan mengambil mic untuk menyampaikan beberapa kata.

"Tidak banyak yang ingin saya sampaikan disini. Pertama terimakasih banyak untuk para dosen dan rektor yang sudah mengajar serta mendidik saya selama disini. Saya juga berterimakasih kepada Abba, Umma, dan adik-adik saya yang mendukung penuh selama saya menempuh perkuliahan, dan saya juga berterimakasih kepada Allah untuk semuanya. Tanpa izin dan bantuan dari-Nya. Mungkin saya tidak akan bisa berdiri disini."

Setelah mengucapkan beberapa kata, Arzan turun karena sudah resmi menyandang gelar sarjana. Ia menuju tempat dimana orangtua dan adik-adiknya berada.

"Selamat Abang, jazakallah khair!" Syakhira memeluk erat putranya yang kini sudah berhasil menyelesaikan pendidikannya.

Arzan membalas pelukan Umma nya. "Terimakasih Umma, wajazakillah khair."

"Congrats Bang, semoga ilmunya bermanfaat ya."

Arzan memeluk adik perempuannya dan memberikan kecupan singkat di pucuk kepalanya.

"Thanks Sha."

"Karena kamu sudah menyelesaikan pendidikan, mungkin sekarang sudah waktunya mengurus pesantren," ucap Atlan buka suara.

"Tapi Ba, Arzan masih takut."

"Takut kenapa Bang? Kan seru kalau jadi pemimpin pesantren. Abang nanti jadi kaya Abba," celutuk Arfathan yang merupakan adik bungsu Arzan.

Syakhira terkekeh mendengar celutukan anaknya. "Ngurus pesantren itu bukan cuma enaknya doang, ada tanggung jawab besar yang harus dijalankan."

"Nah, itulah alasan Arzan takut Ba," cicit Arzan pelan.

"Kamu takut karena belum mencoba. Kalau kamu mencoba Insyaallah Abba akan bantu," balas Atlan berusaha memberi support untuk putra sulungnya.

"Benar kata Abba, Abang harus mencoba. Urusan bisa atau enggak nya itu belakangan, Umma sangat mendukung kalau Abang ingin mengurus pesantren," timpal Syakhira.

"Udah Bang coba aja dulu," tambah Shafia.

"Kalau Abang jadi pemimpin pesantren, Fathan bakalan mondok disana," lanjut Arfathan.

Melihat ke-antusiassan keluarganya, mau tidak mau Arzan mengangguk. Walaupun sebenarnya ia masih ragu.

"Yuhuu, congratulations Bang!" seru Ciara memberikan sebuket bunga.

"Syukron Ci."

"Afwan Bang."

"Arzan!" panggil seseorang membuat Arzan menoleh ke asal suara.

Accidental LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang