🌠 • 04 • Ketertarikan

218 160 96
                                    

“Rasa ingin tahu menimbulkan sebuah ketertarikan yang berubah menjadi rasa suka, hingga membawanya ke dalam perasaan bernamakan cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Rasa ingin tahu menimbulkan sebuah ketertarikan yang berubah menjadi rasa suka, hingga membawanya ke dalam perasaan bernamakan cinta. Sama sepertimu, yang diam-diam menyimpan ketertarikan padanya.”

🌠

"APA?! Lo—"

"Marri! Lo mending diam aja!" seru Ocha tak membiarkan Marri menuntaskan perkataannya.

Marri memberenggut kesal. "Gimana ceritanya handphone lo bisa ada di Kak Gara?" desak Marri.

"Ceritanya panjang! Jadi siapa di antara kalian yang mau temenin gue?" kata Sana. Keputusannya sudah final, Sana akan merahasiakan kejadian kemarin demi tujuannya sekolah di SMA Wijaya ini. Matanya meneliti ketiga temannya.

Marri kembali ke tempat asalnya sembari berujar, "Duh, mereka pasti punya berita terbaru! Bisa-bisanya mereka tinggalin gue! Harga diri gue sebagai ketua di pertaruhkan."

"Oh, gue lupa! Gue belum balikin buku! Gue ke perpus dulu, bye," pamit Ocha kilat.

"Ck! Sejak kapan dia doyan ke perpus?" cibir Sana paham itu hanya dalih agar tidak ikut pergi bersamanya. Tampak dari tangan Ocha yang kosong, tak membawa satu pun buku. Kepalanya berpusing ke hadapannya, pada Yasmin.

"Emm, sorry, San. Tapi gue ada tugas yang belum gue kerjain, semalam gue ketiduran," cetus Yasmin. Lantas berbalik, membelakangi Sana.

Helaan napas kasar Sana keluar. Sampai indra penglihatnya mendapati seorang laki-laki berjalan menuju ke arahnya, si penyelamatnya kemarin. "Selamat pagi, Angkasa!" sapa Sana mengukir senyum penuh maksud terselubung.

"Pagi juga, Sana," balas Angkasa. Bibirnya menyungging senyum.

"Angkasa," sebut Sana manja. Tangannya menggoyang lengan seragam Angkasa. "Temenin gue, ya."

Alis Angkasa terangkat sebelah. "Temenin ke mana, San?" Atensinya tak sengaja melirik Marri yang menggelengkan kepala, bermaksud memberi kode agar tidak menuruti Sana. Kedua tangannya tersilang di depan dada memperingati.

Secepat kilat kepala Sana tertoleh. Melayangkan tatapan menghunus ke Marri, yang sekarang berpura-pura sibuk dengan ponsel di tangannya, sesekali berseru heboh entah kenapa. Mungkin Marri sedang melancarkan aksi kepura-puraannya. Meyakinkan Sana jika dia tak bisa diganggu oleh siapapun atau apapun.

"Angkasa, please temenin gue, ya? Mereka jahat, nggak mau temenin gue," adu Sana merengek.

"Temenin ke mana, Sana?" tanya Angkasa mengulang pertanyaannya.

"Ke kelas si Sang Garalak," jawab Sana lirih takut Angkasa juga menolak. Mengingat waktu itu, Angkasa ikut melarikan diri, entah suka rela atau ditarik teman-temannya.

"Kalau gue nggak mau gimana?"

"Yah … jangan gitu, dong, Ka. Kita kan teman," ucap Sana cemberut. Jika Angkasa saja enggan, lalu bagaimana nasib handphone-nya? Hilang begitu saja? Tidak! Dia harus mendapatkan kembali handphone-nya! Harus!

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang