“Banyak dari mereka yang mengira jika mengikuti kata hati adalah hal yang tepat. Namun, kenapa tidak baginya?”
🌠
Suasana kantin seperti biasanya, ramai di padati para siswa yang hendak mengisi perut, terlebih lagi sekarang jam istirahat. Ketika orang lain sibuk menyerbu antrian atau sekadar menunggu pesanan, seorang gadis duduk termenung di tengah keriuhan kantin.
Malam itu, dia baru saja selesai bekerja part-time di kafe. Tidak biasanya memang dia pulang selarut ini, jika bukan karena salah satu pegawai di tempatnya bekerja absen di karenakan orang tuanya meninggal dunia. Kebetulan saat itu, dia yang masih berada di kafe dan pelanggan berdatangan memenuhi seisi kafe. Jadilah, dia suka rela mengajukan diri untuk membantu.
"Beneran kamu gak apa-apa pulang sendirian?" tanya Linda, sang pemilik kafe.
"Iya, nggak apa-apa, Bu. Ibu masuk aja," balas Sana.
Linda mengembus napas kecil pasrah. Meskipun belum lama mengenal gadis SMA itu, Linda paham betul Sana bukanlah orang yang mudah dibujuk. "Ya udah, kamu hati-hati di jalannya."
Sana mengangguk setelahnya berpamitan. Jika boleh jujur, sebenarnya dia agak segan berjalan kaki sendirian di malam hari seperti ini. Namun dia juga tidak mungkin merepotkan orang lain. Dia enggan bergantung pada orang yang tidak bisa selalu ada untuknya. Dia takut orang itu menjadi seperti Bintang, yang pada akhirnya justru pergi meninggalkannya dengan janji manis.
Sana berjalan memasuki minimarket yang buka 24 jam, mengambil asal beberapa barang di etalase. Di kasir, matanya melirik ke arah seorang laki-laki yang berada di salah satu etalase yang sempat dikunjunginya tadi. Perasaannya bercampur aduk kala mata mereka bertemu. Secepat kilat, Sana keluar area minimarket dengan keresek belanjaannya, yang entah berisi apa.
Kakinya dipacu secepat mungkin, bahkan tanpa sadar dia terkesan berlarian seolah dikejar hantu. Tetapi dia masih bisa mendengar suara derap kaki seseorang yang mengikutinya tepat di belakangnya.
Hatinya berdegup kencang seiring langkah di belakangnya mengikis jarak. Hingga sebuah uluran tangan menghentikan langkahnya dengan paksa.
"Sana?"
Mendengar suara tak asing, si pemilik nama membuka matanya perlahan. Mengembus napas lega melihat seseorang yang dikenalinya. Dia berusaha menormalkan detak jantungnya.
"Lo kenapa?" tanya si lelaki cemas. Kepalanya berputar mengamati sekeliling. Jika tebakannya benar, ada seseorang yang mengikuti Sana hingga gadis yang tak kenal takut itu tampak mengkhawatirkan. Keringat bercucuran di wajahnya.
"Gue antar lo pulang, ya?"
Tanpa perlawanan, Sana mengangguk menurut. Lagipula tidak ada untungnya dia menolak, malah dia bisa saja terjebak lebih lama bersama sosok asing yang mengejarnya itu dan entah apa yang akan terjadi padanya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape From You [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sana tak sadar jika dirinya telah menggali kenangan masa lalunya sendiri. Makin dia bertekad, makin dekat juga kenangan itu menyapa. Sayang, dia terlambat. Kini dia tak bisa mengembalikan waktu, karena sejak awal dia salah...