🌠 • 39 • Ruang Luka (2)

57 35 22
                                    

“Selamat datang di ruang luka, Lintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Selamat datang di ruang luka, Lintang.”

🌠

"Sial!" umpatnya kecil.

"Dia sepupunya Gara."

Keheningan menyelimuti. "Dhi?" tegur si penelepon. Dia tahu Radhika hanya mengikuti permainan yang dimainkan orang itu, dia hanya pion yang ketika disuruh bergerak, dia menurut saja. "Lo nggak salah, Dhi. Dia memanfaatkan lo yang gak tahu apa-apa."

"Harusnya gue tahu itu dari dulu," lirih Radhika merasa bersalah. Rupanya begini ini rasanya tidak mengetahui apapun di saat orang terdekatnya mengetahuinya, layaknya dia yang menyembunyikan sesuatu dari Gara.

Si penelepon makin kewalahan. "Bukan itu maksud gue. Gue tahu lo ngerasa bersalah, tapi gue yakin apa yang lo perbuat itu hal yang bisa lo lakukan saat itu. Lo udah berusaha yang terbaik, Dhi."

Senyum Radhika terulas tipis. "Thanks, Riel. Sorry buat—"

Riel menyanggah sigap, "Lo berutang penjelasan sama gue. Bukan cuma karena hal ini, gue mau lo jujur ke gue. Lo tahu, kan gue jadi trauma sama orang-orang kayak lo?"

Radhika terkekeh kecil. "Iya, gue bakal jujur soal semuanya sama lo. Kalau perlu, gue kirim pesan ke lo tiap hari, apa aja yang gue alami hari itu."

Riel bergidik ngeri. "Nggak gitu juga kali. Gue masih normal. Kalau pun nggak, amit-amit, deh, jangan sampai kejadian."

Tawa Radhika menggema mendengar celotehan Riel. Menutup telepon seusai Riel berkata hendak menghubungi seseorang. Tanpa berpikir lama, Radhika tahu siapa yang dimaksud Riel.

"Lano," gumamnya lirih.

Tidak disangka, temannya itu punya keterkaitan dengan Harris. Setahunya, Lano memang jarang bicara, terlalu pendiam. Saking pendiamnya, Radhika merasa melihat dirinya di masa lalu. Tidak heran Harris mengetahui kelakuannya secepat kilat. Lano, dia merupakan sepupu Gara, yang artinya dia keponakan Harris.

Kepala Radhika terasa berat memikirkan kejadian hari ini. Di mulai dari Gara tahu dialah yang memata-matainya, kembalinya ingatan Gara tentang Bintang hingga kebenaran di balik pengadopsian Bintang. Tangannya menyugar rambut frustrasi. Dia bangkit menyusuri rumah menuju dapur. Langkahnya terhenti memandang pria berjas yang baru pulang bekerja.

"Kenapa Papa diam aja lihat aku dimanfaatin orang itu?"

Sang Papa menengokkan kepala, membalas, "Berhenti ikut campur urusan mereka."

"Aku gak bisa diam aja, Pa. Mereka harus tahu yang sebenarnya."

Pria itu menatap putranya dalam. "Kenapa kamu bantu mereka? Apa yang kamu dapat dari itu?"

Radhika membisu. Kepalanya agak tertunduk. Bukan perkara sulit bagi Harris untuk menyingkirkannya bahkan Harris bisa saja berbuat lebih buruk, jika Papanya tidak bertindak.

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang