🌠 • 09 • Hati yang Gundah

155 130 57
                                    

“Beraninya kamu mempermainkanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Beraninya kamu mempermainkanku. Kamu tahu hatiku mulai gundah karenamu.”

🌠

Dalam perjalanan pulang, gadis itu tak henti-hentinya mengutuk gemas pada benda di tangannya yang kehabisan baterai. Dia mendengus sebal. Niatnya untuk menghubungi Angkasa, agar mengantarnya pulang pupus dengan begitu mudah. Pandangan matanya memutar sekeliling. Tampak sunyi senyap dan kurangnya pencahayaan membuatnya bergidik ngeri. Belum juga sepenuhnya menyingkirkan pemikiran negatifnya, derap langkah di belakang membuatnya bergeming sejenak.

Bulu kuduknya berdiri, merapal doa berharap itu hanya perasaannya saja. Namun berbanding terbalik dengan keinginannya itu, langkah kakinya mengayun cepat. Berjalan secepat mungkin sebelum hal-hal buruk terjadi.

Bukannya hilang, suara derap langkah itu terdengar melangkah lebar ketika menyadari jarak cukup jauh terpaut di antara mereka. Enggan mengulur waktu, si gadis berlari secepat kilat menghindari kejaran orang di belakangnya, entah siapa sosok itu, dia tidak peduli.

Karena berlarian tanpa arah tujuan, tanpa di sengaja dia bertubrukan dengan seorang lelaki. Beruntung, lelaki itu sigap meraih pinggangnya sebelum dirinya jatuh terduduk di atas dinginnya tanah berlapis aspal. Dia mengerjap berkali-kali memastikan matanya tidak salah lihat. "Lepasin gue!" titahnya memekik.

"Akh!" serunya meringis. Dan benar saja, lelaki itu menuruti perkataannya.

Sana berdiri sembari mengusap pantatnya yang pada akhirnya mencium jalanan beraspal. "Gue bilang lepasin, bukan jatuhin!" koreksinya. "Nggak berperasaan!" umpat Sana kala lawan bicaranya malah bergeming.

"Apa yang kamu lakukan di sini malam-malam?"

"Lo sendiri ngapain di sini malam-malam?" balas Sana balik bertanya. Merasa risih di hadapkan pandangan menilai lawannya, Sana berdeham pelan. "Yang jelas gue bukan cewek yang suka keluyuran malam-malam," tegasnya.

"Lalu apa yang kamu lakukan di sini? Masih dengan memakai seragam?" tuntut Gara.

"Penting banget lo tahu?"

Tanpa bertanya lebih lanjut, Gara menghampiri motornya yang terparkir di pinggir jalan. Menyalakan motor lalu melirik Sana. "Nggak mau pulang?"

"Ceritanya lo lagi nawarin anterin gue balik, gitu?" perjelas Sana. Takut bila Gara hanya bertanya bukan menawarinya pulang bersama.

"Kalau kamu tidak mau, ya sudah. Halte bus masih jauh dari sini. Dan katanya, daerah di sekitar sini rawan," pesan Gara lalu memakai helm bersiap melajukan motornya.

"Tunggu!" teriak Sana. Tangan Sana erat mencengkram lengan seragam Gara, takut kehilangan. "Gue ikut," lirihnya. Sana mendudukkan diri di belakang Gara setelah kakak kelasnya mengisyaratkannya untuk segera beranjak.

Selama perjalanan, tak ada perbincangan apapun. Hanya sekadar Gara yang bertanya soal arah rumah Sana. Dan keduanya kembali hening. Tiga puluh menit berlalu, mereka tiba di tempat tujuan. Sana mencuri pandang ke arah Gara. "Makasih," gumamnya pelan.

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang