“Kini ke mana aku harus kembali?”
🌠
Seorang gadis menapaki lantai berubin menuju meja tujuannya di paling ujung kantin. Dia menaruh sekotak susu stroberi ke hadapan salah seorang laki-laki.
Si laki-laki menengadahkan kepala. Seulas senyum manis tertangkap ke arahnya.
"Buat hari ini satu dulu, ya. Nanti kalau aku udah gajian baru aku kasih yang banyak," terang si gadis menjelaskan, tanpa menghapus senyum di wajah cantiknya.
Si gadis berpusing menatap sepasang kekasih itu. "Hai, Yeri, Riel!" sapa si gadis ramah.
Sementara sepasang kekasih itu saling bertukar pandang heran.
Sana terkekeh geli. "Biasa aja kali lihatin gue nya."
Riel berdeham pelan. "Kayaknya kita pergi duluan," sahut Riel.
Sang kekasih, Yeri, mengangguk kemudian pamit berlalu. Mereka pun segera berjalan menjauhi keduanya, memberi privasi.
Gara membalas tatapan mata kagum Sana terhadapnya. Lantas menghela napas panjang. "Ngapain balik lagi ke sini?"
Sana cemberut. "Emang nggak boleh?"
"Sana!"
"Lintang," koreksi Sana. "Nama aku Lintang," kata Sana memperjelas.
Sebenarnya apa yang Sana pikirkan sekarang? Kembali bersekolah di SMA Wijaya jelas bukan hal yang baik bagi Sana, terlebih seluruh penghuni sekolah pasti mencaci makinya, benak Gara.
"Khawatir aku jadi bahan pembicaraan di sekolah?" tembak Sana tepat sasaran. Tubuh Sana condong ke arah Gara. "Coba lihat sekeliling, kamu dengar mereka bicarain aku sama kamu nggak?"
Gara memutar kepala, memindai seisi kantin yang tenang dan damai tanpa adanya ketertarikan kepada mereka berdua. Aneh. Padahal sampai tadi pagi, bisikan demi bisikan itu masih terdengar di telinganya. Tetapi sekarang celotehan itu tiba-tiba lenyap seketika.
"Nggak ada, kan?" Sana tersenyum bangga. Berkat bala bantuan Marri dan teman-teman sekelasnya, Sana berhasil meluruskan kesalahan pahaman terhadap pandangan warga sekolah pada dirinya dan Gara, dalam waktu singkat.
Gara diam. Kali ini apa yang Sana rencanakan? Gara memperhatikan Sana yang anteng menikmati susu kotak stroberi yang tadi dibawanya.
Sadar sepasang mata mengarah padanya. Sana mengangkat pandangan. "Ah, aku pikir kamu nggak mau, jadi aku minum," sahut Sana.
Gara memajukan tubuh, menyisakan beberapa senti antara wajahnya dan Sana. Gara mengamati setiap lekuk wajah Sana dengan saksama. Wajah yang telah lama Gara lupakan. Kapan terakhir kali Bintang menatap Lintang sedekat ini?
Sementara Sana diam membatu. Sesekali mengerjapkan mata lambat. Jantung Sana berdentum tak karuan. Sejak kapan Bintang setampan ini? Atau Bintang memang tampan sejak kecil, tanpa Lintang sadari?
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape From You [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sana tak sadar jika dirinya telah menggali kenangan masa lalunya sendiri. Makin dia bertekad, makin dekat juga kenangan itu menyapa. Sayang, dia terlambat. Kini dia tak bisa mengembalikan waktu, karena sejak awal dia salah...