“Dia, seseorang yang kesepian di tengah keramaian.”
🌠
Gadis itu memperhatikan gedung bertingkat di hadapannya kemudian beralih menatap lelaki yang membawanya kemari. Alih-alih ke kafe, dia justru terdampar di tempat yang tidak seharusnya ia pijaki, setidaknya untuk hari ini. "Ka, kita ngapain ke sini, sih? Lo nggak lupa kalau gue harus kerja, kan?"
Angkasa mengangguk santai. Menyodorkan jaketnya sembari berujar, "Ya, dan hari ini kerjaan lo cuma bareng gue sebelum jam kerja lo habis."
Kening Sana tertaut bingung. "Maksud lo apa, Ka? Udah, ah gue mau kerja! Cepat antar gue ke Kafe sekarang!" tuntutnya mendorong pelan Angkasa.
"Tenang, San." Angkasa meraih lengan Sana menaruh jaketnya di sana. "Urusan kerjaan lo di Kafe udah ada yang ngurus. Gue bahkan yakin, bantuan mereka lebih berguna daripada lo."
Sana cemberut merasa tersinggung. "Mereka siapa?"
"Ayo, masuk dulu," ajak Angkasa.
"Nggak! Sebelum lo jelasin kenapa lo ngajak gue ke sini dan siapa yang gantiin gue di kafe? Lo tahu sendiri gue susah payah nyari kerja paruh waktu dan seenaknya lo—"
"Biar lo bisa lupain hari ini," cetus Angkasa menyela. Mereka sepakat berbagi tugas, Angkasa menemani Sana supaya melupakan tatapan dan kalimat pedas terhadapnya selama ini, kejadian demi kejadian tak mengenakan terus terulang di hidup Sana. Sementara ketiga temannya yang lain betugas menggantikan Sana di kafe.
Sana bergeming. Mengerjap-ngerjapkan mata lambat. Hari ini adalah hari terberat di antara hari-hari yang lain. Karena nyatanya, ungkapan-ungkapan menusuk itu selalu terngiang di kepalanya walau telah dia usir berkali-kali.
"Anak panti dan tinggal kelas, apa yang perlu di banggain?"
"Heran gue, adik kelas model begini aja masih belagu! Apalagi kalau udah naik kelas! Ngerasa superior, kali!"
"Heh, tahu diri dikitlah! Lo siapa berani-beraninya sekolah di sini?"
"Wajar Rere nggak suka sama lo, itu karena dia tahu kalau lo nggak sebanding sama kita, apalagi dia yang notabenenya anak yang punya sekolah."
Sana mengembus napas panjang. Menutup mata sejenak menenangkan pikirannya yang riuh di penuhi kata-kata tajam hampir seluruh warga sekolah. Setelahnya, dia membuka mata mendapati pandangan Angkasa berada tepat di titik yang sama. "Oke, tapi cuma kali ini aja," katanya menarik seulas senyum.
Angkasa balas tersenyum. Mereka pun berjalan memasuki sebuah mall, mengisi waktu di tempat yang sekiranya bisa membuat ingatan Sana hilang tentang hari ini.
🌠
Langkah kaki seseorang bergerak melewati orang-orang yang tengah sibuk meladeni para pelanggan. Kedua matanya menyisir pegawai Kafe satu per satu namun tak kunjung menemukan sosok yang dicarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape From You [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sana tak sadar jika dirinya telah menggali kenangan masa lalunya sendiri. Makin dia bertekad, makin dekat juga kenangan itu menyapa. Sayang, dia terlambat. Kini dia tak bisa mengembalikan waktu, karena sejak awal dia salah...