🌠 • 40 • Way Back Home

56 32 33
                                    

“Sekarang biarkan aku yang berjuang, meraihmu, sama seperti kamu yang berjuang meraihku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Sekarang biarkan aku yang berjuang, meraihmu, sama seperti kamu yang berjuang meraihku.”

🌠

Gadis itu menengadah mendengar suara derit pintu terbuka. Seorang laki-laki keluar diikuti orang di belakangnya. Pandangan mereka bertemu. Gara terpaku, sejenak melirik Lano di sebelahnya, kemudian menarik si gadis menjauh. Tidak membiarkan Sana berada di dekat Lano.

Tanpa perlawanan, Sana mengikuti ke mana Gara membawanya.

Sedangkan Lano mendengus tak acuh, berjalan berlawanan arah.

Tiba di ruangan tak berpenghuni di ujung lorong, Gara melepas tautan tangan mereka. "Kenapa gak masuk kelas?"

Sana diam.

Entah apa yang sedang Sana lakukan–begitu melihat Gara dan Lano diseret ke Ruang BK–sampai beralibi sakit. Namun bukannya ke UKS, seperti yang dikatakan guru yang mengajar di kelas, Sana malah terjebak di situasi sekarang. Berhadapan dengan Gara.

Gara membuang napas panjang.

Usai memberi keterangan terkait pertarungan dia bersama Lano, keduanya diberi hukuman berupa skorsing. Sebenarnya, tidak ada dari mereka yang buka mulut soal kenapa perkelahian itu terjadi.

"Lin, aku udah ingat."

Sana makin bergeming. Kenapa kamu harus ingat sekarang, Bintang? Di saat aku tahu kita nggak bisa kayak dulu? cicit Sana dalam hati. Terlalu menyakitkan mengungkapnya di hadapan Gara.

"Maaf, Lintang. Maafin aku," sesal Gara menatap Sana yang menundukkan kepala. "Maaf karena aku tinggalin kamu sendirian di sana."

Sana memejamkan mata. Ingatan itu sontak menyerang. Hari yang paling enggan Sana ingat. Hari dimana Bintang menghilang tanpa kabar bersama janji manisnya. Dia yang berjanji, dia juga yang mengingkari janji itu.

"Lihat aku, Lintang," pinta Gara memohon. Gara tersenyum tipis–melihat Sana tetap bergeming–Sana memang Lintang, anak perempuan yang sulit dia dekati setelah Marsya. "Aku gak pernah sekalipun lupa soal rumah panti, apalagi kamu. Seperti yang kamu dengar, aku pernah kecelakaan."

Kontan Sana mengangkat kepala. Matanya mengerjap-ngerjap lambat menanti kelanjutan kalimat Gara. Jadi, rumor yang beredar itu benar, batin Sana.

"Tapi, Lintang, itu bukan salah kamu," Gara mengimbuh takut Sana menyalahkan diri sendiri. "Kebetulan hari itu, aku mau lihat kamu ke rumah panti," buka Gara bercerita.

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang