“Siapapun kamu, aku harap kita tidak saling menyakiti.”
🌠
Sana berdiri menatap kelas tujuannya bimbang. Bisa dia pastikan seluruh penghuni kelas itu melontarkan tatapan tidak suka ditambah pernyataan pedas ke arahnya. "Kak!"
Si kakak kelas yang baru ke luar kelas melangkah mendekat. "Ada apa, San?"
"Anu, Kak Gara-nya ada?" tanya Sana kikuk. Sejak pagi tadi, dia tidak kunjung menemukan batang hidung Gara. Bahkan ia sengaja datang terlambat demi bertemu Gara, namun malah orang lain yang bertugas. Dan sampai kini, di jam istirahat, sosok bermuka datar itu entah berada dimana.
Beberapa detik terlewati kekosongan. Cukup terkejut Sana memanggil Gara dengan baik. Mata Riel mengerjap-ngerjap cepat. "Dia nggak masuk."
"Kalau aku boleh tahu, Kak Gara nggak masuk kenapa, ya?" lirih Sana pelan.
"Sakit, katanya," celetuk seseorang. "Kode, tuh, pengen dijengukin," kekehnya.
Sana diam, ada keinginan di hatinya untuk melakukan hal yang disarankan Hansol, tetapi ia takut bila mereka kembali menjauhkannya dan Gara, yang baru ia sadari kehadirannya. "Nggak, Kak. Titip salam aja, semoga cepat sembuh," tutur Sana memasang senyum kecil. Sesudahnya pamit pergi.
Riel menelengkan kepala. "Ngapain lo?"
Merasa tersinggung, Hansol mengerutkan alis. "Ngapain apanya?"
Riel mengedikkan bahu tak mengambil pusing tingkah Hansol yang memang biasa seenaknya. Sementara Hansol berjalan berlainan arah dengan Riel, seperti hari-hari lalu dia melewati jam pelajaran, tanpa peduli bagaimana nasibnya nanti. Lebih beruntungnya lagi, predikat Target Buruan Abadi Gara telah berpindah ke Sana. Mengingatnya seulas senyum Hansol terbit. Sungguh kebetulan yang sangat manis, pikirnya.
🌠
"Bisa sakit juga lo," ledek seorang lelaki menyindir. Temannya yang lain mengekor di belakang.
Gara tak menanggapinya. Menatap malas dua temannya yang kini menjejakkan kaki di kamarnya.
"Lo ingat sesuatu?"
Gelengan kepala Gara mengakibatkan desahan napas dari ketiganya. "Oh iya, Gar, ada yang nitip salam. Semoga cepat sembuh," kata lelaki yang pertama kali bersuara.
"Siapa?" tanya laki-laki yang berada di sekolah tetangganya. Rupanya ada yang tidak diketahuinya dari dua temannya ini.
Riel menyungging senyum lebar. "Cewek itu," bisiknya lirih.
Raut muka terkejut si penanya terlihat. "Yang waktu itu salah alamat?" perjelasnya. Dahulu, dia ingat seorang gadis yang tiba-tiba mendatanginya mengatas namakan Bintang, namanya.
Riel mengangguk. "Berkat penerangan lo, teman kita berakhir diburu itu cewek," sahut Riel membenarkan.
Tawa kecil Bintang berderai. "Lagian gue ngerasa itu cewek beda dari cewek-cewek yang biasa ngajak gue kenalan, bisa dibilang auranya beda," ucap Bintang sok serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape From You [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sana tak sadar jika dirinya telah menggali kenangan masa lalunya sendiri. Makin dia bertekad, makin dekat juga kenangan itu menyapa. Sayang, dia terlambat. Kini dia tak bisa mengembalikan waktu, karena sejak awal dia salah...